Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Andreas Prasadja, RPSGT

Praktisi kesehatan tidur, konsultan utama Snoring & Sleep Disorder Clinic Pondok Indah, serta Snoring & Sleep Disorder Clinic RS Mitra Kemayoran, pendiri @IDTidurSehat , penulis buku Ayo Bangun! anggota American Academy of Sleep Medicine.

Indonesia Mengantuk, Sebuah Refleksi Kesehatan Tidur

Kompas.com - 29/12/2017, 11:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLusia Kus Anna

Beberapa waktu lalu media diramaikan kisah seorang anak yang tidur selama 13 hari. Selang beberapa waktu, seorang tokoh nasional terekam media terantuk-antuk tertidur dalam sebuah acara pernikahan. Sebelumnya juga sempat beredar foto tokoh tersebut dalam perawatan di rumah sakit menggunakan masker khas yang digunakan untuk mengatasi ngorok.

Tiba-tiba istilah narkolepsi, hipersomnia, bahaya mendengkur, sleep apnea, Kliene Levin Syndrome menghiasi media kita. Ini adalah istilah-istilah kesehatan tidur.

Ya, khalayak mulai menyadari pentingnya kesehatan tidur. Istilah-istilah kesehatan tidur masuk dalam kolom-kolom kesehatan, gaya hidup, ilmu pengetahuan dan bahkan politik.

Perlahan namun pasti, Indonesia mulai menyusul negara-negara maju dalam memperhatikan kesehatan tidur. Mengantuk, dan penyakit tidur sudah diperhatikan seperti sebuah penyakit menular yang diderita luas. Sebuah epidemi!

Performa tidur

Dalam era modern ini, orang berlomba-lomba mengejar prestasi. Demi mencapai prestasi, tidur pun dikorbankan. Tidur adalah periode di mana tubuh diam dan tak aktif.

Banyak orang menganggap tidur sebagai fase kehidupan yang tak penting, tak aktif, tak berguna dan dianggap identik dengan kemalasan. Bahkan banyak orang yang menganggap kantuk sebagai sebuah penyakit yang harus dicari obatnya!

Sikap kita terhadap pengurangan tidur juga cukup aneh. Para pemuja produktivitas menganggap pengurangan tidur sebagai sikap macho nan heroik. Sebuah sikap yang sebenarnya kontra produktif karena performa otak optimal hanya dibangun saat tidur!

Alih-alih memperhatikan kesehatan tidur, kita malah mencari kebugaran lewat berbagai stimulan dan minuman penambah energi. Coba lihat berapa banyak kedai kopi di sekeliling kita? Padahal, tak ada satu zat pun yang dapat menggantikan efek restoratif tidur.

Segala kemampuan otak dibangun pada tahap tidur mimpi. Berbagai penelitian telah membuktikan bagaimana pengurangan tahap tidur ini akan menurunkan berbagai fungsi otak dan bahkan kemampuan ereksi pria.

Mengantuk

Tidur tak sama dengan kemalasan. Sudah terlalu sering saya mendapati pasien yang datang dengan cap pemalas dari keluarganya karena terus mengantuk.

Tidur itu ada porsinya. Jika sudah cukup, kita tak akan bisa tidur lagi. Kalau mengantuk artinya masih kurang tidur. Nah, bagaimana kalau tidur sudah cukup tapi masih mengantuk? Itu namanya hipersomnia, kantuk berlebihan.

Hipersomnia memang tidak sepopuler insomnia. Tapi hipersomnia justru lebih berbahaya. Bayangkan jika seorang pengendara mengidap hipersomnia? Seorang pilot?

Mengantuk berlebihan merujuk pada beberapa penyakit tidur, antaranya: Behaviourally Induced Insufficient Sleep Syndrome, Periodic Limb Movements in Sleep, sleep apnea, narkolepsi dan Kleine Levin Syndrome.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com