Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/01/2018, 10:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

Sumber nypost.com

KOMPAS.com - Wanita selalu identik dengan kelembutan. Namun, di balik kelembutan wanita ada kekuatan besar yang tersembunyi.

Riset terbaru dari University of Southern Denmark dan Duke University semakin menguatkan ungkapan tersebut.

Fakta dalam penelitian tersebut mengungkapkan, dibanding pria, perempuan lebih baik dalam menghadapi situasi krisis, bahkan hingga kadar yang parah sekalipun. Misalnya, kelaparan, epidemi, dan perbudakan.

Sifat 'tahan banting' wanita ini rupanya telah dimulai sejak mereka dilahirkan.

Riset dari National Academy of Sciences membuktikan, saat pertama dilahirkan, lebih banyak anak gadis yang selamat dari keadaan ekstrem daripada anak lelaki.

Baca: Wanita Lebih Kuat Menghadapi Situasi Stres daripada Lelaki

Menurut periset, meski situasi krisis dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk bertahan hidup, tapi kemampuan bertahan hidup wanita tetap lebih baik dari pria.

Hasil riset juga menyebutkan, pria memiliki angka kematian yang sama atau bahkan lebih tinggi daripada wanita.

Kemampuan bertahan hidup wanita ini, menurut para peneliti, berasal dari faktor alami.

Para peneliti mempelajari tujuh populasi yang dipercaya memiliki tingkat harapan hidup sangat rendah.

Tingkat harapan hidup hanya sekitar 20 tahun atau kurang untuk setidaknya salah satu gender, dalam rentang kira-kira 250 tahun.

Populasi yang diteliti tersebut antara lain, budak Liberia dan budak perkebunan Trinidad pada era 1800-an, dan populasi yang mengalami kelaparan Ukraina 1933.

Lalu, warga yang dilanda kelaparan di Swedia 1772-1773, populasi dengan wabah campak di Islandia pada tahun 1846 dan 1882, serta wabah kelaparan besar di Irlandia tahun 1845-1849.

Riset tersebut menunjukkan, dibanding pria, kemampuan perempuan untuk bertahan hidup dalam kondisi amat ekstrem tersebut, ternyata lebih besar. Rata-rata mereka hidup lebih lama empat tahun dibanding pria.

Hasil studi mengungkap, penyebab utama fenomena ini bukanlah faktor-faktor risiko yang disadari, misalnya merokok atau minum alkohol, mengemudi yang tidak aman, makan tidak sehat, atau pun kekerasan.

Halaman:
Sumber nypost.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com