Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/01/2018, 11:20 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

KOMPAS.com - Lapar di tengah malam memang mengganggu, tetapi jika Kamu punya kebiasaan ngemil atau makan lagi saat larut malam, sebaiknya hentikan mulai sekarang.

Penelitian terbaru The Perelman School of Medicine University of Pennsylvania menunjukkan bahwa menghilangkan kebiasaan makan larut malam menjadi salah satu tips diet sehat penting yang harus kita lakukan.

Penelitian itu menemukan bahwa makan dan ngemil larut malam berdampak negatif pada berat badan, metabolisme lemak, bahkan meningkatkan kadar kolesterol dan risiko penyakit diabetes.

Memang penelitian ini berskala kecil karena hanya dilakukan pada 9 orang dewasa sehat. Dalam dua bulan, mereka menjalani pola makan normal, yaitu makan tiga kali sehari ditambah dua kali ngemil di antara jam 08.00 hingga 19.00.  Kemudian, penelitian itu distop beberapa minggu. Lalu mereka kembali lagi untuk menjalani pola makan lainnya, yang membatasi makan dan ngemil mereka pada siang dan malam pukul 23.00.

Hasilnya, terjadi perubahan berat badan, metabolisme dan pembakaran lemak pada tubuh partisipan studi.

Para peneliti menemukan bahwa saat mereka makan lebih larut, berat badan, insulin, glukosa pyasa, kolesterol, dan level trigliserida mereka memburuk. Selain itu, ditemukan juga masalah pada perubahan hormon.

Pergeseran waktu makan berpengaruh pada tertundanya lonjakan hormon ghlerin yang merangsang nafsu makan dan memperlambat pelepasan leptin, hormon yang memberi sinyal kenyang.

Makan lebih awal akan menghindarkan kita dari keinginan makan dan ngemil larut malam.

Pimpinan penelitian, Namni Goel, PhD menuturkan, studi mengenai kurang tidur menemukan bahwa kekurangan waktu tidur berdampak buruk pada berat badan dan metabolisme, karena makan larut malam kadang menjadi bagian di dalamnya.

Tapi, penemuan terbaru menemukan bahwa makan malam lebih awal memberikan manfaat dan dampak baik terhadap pola tidur.

"Makan lebih larut berdampak negatif pada berat badan, energi dan hormon, seperti glukosa tinggi dan insulin, yang menjadi penyebab diabetes. Kemudian juga kadar kolesterol dan trigliserida naik, yang menjadi penyebab penyakit kardiovaskular dan masalah kesehatan lainnya," kata Goel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com