Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/02/2018, 18:00 WIB

KOMPAS.com — Ada berbagai pilihan alat kontrasepsi atau metode Keluarga Berencana (KB). Salah satunya adalah spiral.

Alat kontrasepsi ini sering juga disebut intrauterine device (IUD). Umumnya berbahan dasar plastik dengan bentuk seperti huruf T yang dimasukkan ke dalam rahim.

Sebelum memasukkan spiral ke dalam rahim, Anda dapat mengonsumsi obat pereda nyeri, seperti ibuprofen, beberapa jam sebelum pemasangan untuk mengurangi nyeri.

Proses pemasangan KB spiral hanya berlangsung sekitar 15-20 menit. Pada alat ini terdapat tali yang akan menggantung dari leher rahim ke arah vagina.

Baca juga: Vagina Gatal Saat Hamil? Coba Hentikan Beberapa Kebiasaan Ini...

Jenis-Jenis IUD

Spiral ada dua jenis, yaitu spiral berlapis tembaga dan spiral yang mengandung hormon.

Berikut ini perbedaan antara keduanya:

1. spiral berlapis tembaga

Spiral ini mengandung tembaga dan tidak mengandung hormon. Efektif dalam mencegah kehamilan hingga 10 tahun sejak pemasangan.

Cara kerja spiral ini dengan melepaskan unsur tembaga secara perlahan-lahan.

Selain menghalangi sel-sel sperma untuk naik dan mencapai sel telur, kandungan tembaga yang dilepaskan juga membuat sperma serta sel telur yang dibuahi.

Toh, apabila sampai terjadi proses pembuahan, tidak dapat bertahan hidup di dalam rahim dan saluran telur.

2. Spiral mengandung hormon

Spiral jenis ini dilapisi oleh hormon progestin. Hanya saja, efektivitas spiral hormon tidak seperti spiral tembaga.

Efektivitas spiral hormon adalah 3-5 tahun, tergantung merek.

Cara alat kontrasepsi ini adalah dalam mencegah pembuahan sel telur, yaitu dengan mencegah penebalan dinding rahim sehingga sel telur yang telah dibuahi tidak bisa berkembang.

Jenis ini juga bisa membuat leher rahim dipenuhi lendir yang lengket sehingga sperma tidak bisa masuk ke rahim.

Spiral terutama diperuntukkan bagi wanita yang sudah pernah hamil. Wanita yang belum pernah hamil biasanya akan lebih merasakan sakit dan kram setelah pemasangan spiral.

Kemungkinan spiral lepas juga lebih rentan terjadi pada wanita yang belum pernah hamil. Meski begitu, spiral tetap bisa dijadikan pilihan.

Halaman:
Sumber Alodokter
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com