Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berdebat Tak Selamanya Merusak Ikatan Asmara, Ikutilah 2 Tips Ini

Kompas.com - 14/02/2018, 12:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perdebatan yang terjadi pada pasangan tidak selamanya menghancurkan. Sebaliknya, perdebatan tersebut malah menjadi aspek penting dalam sebuah hubungan.

Tapi, jika kita  ingin perdebatan menjadi hal yang bermanfaat dan menghindari terjadinya hal yang tak diinginkan, para psikolog telah memaparkan dua aturan sederhana yang harus diikuti.

1. Jangan tunggu terlalu lama untuk menyelesaikannya

Psikolog Robert Levenson dan John Gottman telah menghabiskan 14 tahun untuk mempelajari hampir 100 pasangan suami-istri.

Selama bertahun-tahun mereka mengamati pasangan tersebut, rata-rata satu dari lima pasangan mengalami perceraian.

Fenomena inilah yang kemudian menarik para peneliti untuk mengamati apa yang salah dalam hubungan mereka.

Para periset menemukan beberapa perbedaan besar antara pasangan yang masih bersama dan yang telah berpisah.

Perbedaan besar itu terletak pada cara mereka mengatasi perdebatan. Gottman mengibaratkan hubungan antar-pasangan bagai sebuah kapal.

Ketidaksepakatan, kata Gottman, dapat digunakan dengan cara yang positif, sebagai alat untuk "menstabilkan kapal yang goyah", atau digunakan secara negatif yang berpotensi menyebabkan kapal terbalik.

"Cara terbaik untuk menjamin perdebatan akan mengarah pada hal positif adalah segera menyelesaikannya," ucap Gottman.

Menunggu terlalu lama dapat menyebabkan timbulnya perasaan ketidakpuasan, kemarahan, dan kebingungan yang besar.

Pasangan tidak hanya melupakan apa sebenarnya yang menjadi argumen awal.

Mereka mungkin juga memiliki tanggapan yang tidak proporsional terhadap situasi awal yang tidak lagi sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Dalam hal ini, pada saat pasangan berbicara tentang topik kontroversial apa pun, tidak ada cara mudah untuk mengatasi masalah ini.

Sebuah penelitian digelar terhadap 145 pasangan, dan hasilnya dipublikasikan dalam Journal of Counseling Psychology.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com