JAKARTA, KOMPAS.com - "Dari sisi sustainability, kalau perempuan yang pegang bisnisnya atau dia yang berada di driving seat pasti lebih sustainable."
Demikian dikatakan Vice President Business Development Lima Group, Agni Pratama pada sebuah sesi diskusi di Local Market, Jakarta, Jumat (2/3/2018) sore.
Benarkah demikian?
Salah satunya adalah riset yang dipublikasikan Global Entrepreneurship Monitor (GEM) pada 2016-2017 soal perempuan di bidang enterpresneurship secara global.
Dalam beberapa tahun terakhir tercatat dari 163 juta perempuan memulai bisnis di seluruh dunia, ada 111 juta yang memiliki bisnis berkelanjutan.
Baca juga: Banyak yang Gagal Saat Memulai Bisnis, Apa Sebabnya?
Terhadap aktivitas entrepreneur secara total, partisipasi perempuan dalam entrepreneurship sama bahkan lebih tinggi dari pria.
Kondisi ini terjadi di lima negara berkembang, yakni Indonesia, Filipina, Vietnam, Meksiko, dan Brasil.
Penelitian serupa menurut Agni telah banyak dilakukan.
Lalu, apa yang menjadi penyebabnya?
Agni menjelaskan, hal ini lebih didasari kepada struktur sosial yang dibangun sejak dulu, bahwa laki-laki bekerja sebagai tulang punggung keluarga dan bekerja di sektor formal.
Karena struktur itu pula, perempuan lantas menjadi pengelola keuangan keluarga. Perempuan pun kemudian cenderung bergerak di sektor informal.
Sehingga, perempuan cenderung lebih tertata dan disiplin dalam mengelola keuangan.
Baca juga: Para Ibu, Ini 10 Cara Cerdas Mengatur Keuangan
Laki-laki pun secara umum cenderung lebih konsumtif dan membeli barang-barang infrastruktur, fisik, dan elektronik.
Sedangkan perempuan cenderung pada sanitasi, kesehatan, asuransi, dan lainnya yang berhubungan dengan keluarga.
Itulah mengapa kebiasaan mengelola keuangan itu juga berdampak pada perusahaan atau bisnis yang dikelola perempuan.