Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/03/2018, 17:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perasaan wanita seringkali lebih peka daripada pria. Wanita kerap dinilai lebih emosial daripada pria.

Berdasarkan riset dari University of Basel di Switzerland, hal tersebut memang wajar, sebab ada perbedaan struktur otak antara wanita dan pria.

Ciri-ciri ini bisa ditandai dengan kurangnya empati, mengabaikan perasaan orang lain, dan tanda lain seperti kurangnya rasa penyesalan atau rasa bersalah.

Sifat-sifat ini dikaitkan dengan kurangnya pengembangan hati nurani dan empati.

Temuan dalam riset tersebut menunjukkan, pada perkembangan anak laki-laki, volume insula anterior atau volume materi abu-abu tumbuh lebih besar pada bagian yang kurang peka terhadap perasaan dan emosi.

Baca juga: 5 Teknik Mengendalikan Emosi Saat Mendisiplinkan Anak

Insula anterior adalah daerah otak yang terlibat dalam pengenalan emosi dan empati pada orang lain.

Sebesar 19 persen volume pada bagian otak tersebut berupa bagian yang tidak peka terhadap perasaan dan emosi.

Namun, ciri tersebut tidak ditemukan pada anak perempuan dengan kepribadian yang sama.

Dengan menggunakan magnetic resonance imaging, para periset dapat melihat lebih dekat perkembangan otak.

Riset tersebut juga melibatkan 189 remaja untuk mengetahui apakah sifat-sifat seperti kurang peka terhadap perasaan dan tidak emosional terkait dengan perbedaan struktur otak.

Baca juga: Pakai Rumus Matematika Kompleks, Peneliti Ungkap Struktur Otak

Hasilnya, periset menemukan, terdapat struktur otak yang berbeda antara anak laki-laki dan anak perempuan yang pada akhirnya menentukan kepekaan terhadap perasaan dan emosi.

Periset juga mencatat, peningkatan atau penurunan materi abu-abu pada insula anterior yang ditemukan pada anak lelaki dalam riset, sangat tinggi kemungkinannya untuk mencerminkan efek kedewasaan.

Oleh karena itu, wanita biasanya cenderung lebih dewasa daripada pria.

"Pada langkah selanjutnya, kami ingin mengetahui pemicu macam apa yang menyebabkan beberapa anak ini mengembangkan masalah kesehatan mental di kemudian hari, sementara yang lain tidak pernah mengalami masalah," kata Raschle.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com