PickMe!
Merupakan konten afiliasi yang memberikan rekomendasi produk. Kami akan mendapatkan komisi dari setiap pembelian Anda.

Panas-Panasan di Luar Ruangan Itu Aman, asalkan...

Kompas.com - 14/03/2018, 14:19 WIB
Aningtias Jatmika,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Memasuki pertengahan bulan Maret, cuaca sejumlah kota di Indonesia, khususnya Jakarta, masih dilanda hujan. Hujan biasanya mulai turun saat menjelang pagi atau malam hari. Sementara di siang hari, teriknya matahari tak bisa dihindari.

Panasnya ibu kota yang tetap menyengat ini turut dirasakan Raras (22 tahun). Mahasiswa tingkat akhir ini memilih menggunakan payung jika harus beraktivitas di luar ruangan demi melindungi kulitnya.

“Kalau panas-panasan, kulit saya yang sensitif suka terasa terbakar, padahal saya juga sudah terlindungi dengan hijab,” cerita Raras saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (8/3/2018).

Paparan sinar matahari yang sering kali dihindari ini sesungguhnya masih tergolong aman. Bahkan, bisa membawa sejumlah manfaat, seperti mengurangi risiko kanker kulit, menurunkan berat badan, juga menjaga kesehatan tulang.

Namun, tetap saja, Anda harus menyiasatinya agar tidak merasakan apa yang sering dialami Raras ketika berpanas-panasan. Berikut panduannya seperi dilansir dari laman National Geographic, Selasa (6/3/2018)

1. Pertahanan pertama

Payung dipilih Raras sebagai pertahanan pertamanya ketika harus berpanas-panasan di luar ruangan. Selain payung, Anda juga bisa menggunakan topi dengan pinggiran lebar agar kulit muka tidak langsung terpapar cahaya matahari.

Akan lebih baik jika Anda juga menggunakan tabir surya khusus untuk wajah dan tubuh. Tabir surya akan membantu mengurangi rasa terbakar di kulit sekaligus mencegah kanker kulit.

Jangan asal pilih tabir surya. Cek terlebih dahulu kandungannya. Pastikan pula tabir surya yang Anda gunakan memiliki SPF minimal 30 dan bertuliskan “broad spectrum” sehingga kulit Anda terlindungi dari radiasi sinar UVA dan UVB.

2. Pilih waktu yang tepat

Ya, sinar matahari tak selamanya harus selalu dihindari. Vitamin D yang dihasilkan sinar matahari terbukti membawa sejumlah manfaat bagi kesehatan. Oleh sebab itu, Anda harus memilih waktu yang tepat untuk memaksimalkan manfaat ini.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan waktu berjemur yang ideal tanpa menggunakan tabir surya, yakni antara 5-15 menit selama 2-3 kali dalam satu minggu. Kurangi paparan sinar matahari pada waktu-waktu yang terlalu terik, terutama antara pukul 10 pagi hingga pukul 4 sore.

3. Perlindungan dari dalam

Tameng dari luar saja belum akan maksimal jika Anda tidak menjaga kesehatan tubuh dari dalam. Perbanyaklah minum air putih agar kulit tetap terhidrasi dan tidak kering. Sebab, kulit yang kering justru akan menambah masalah ketika harus berpanas-panasan.

Lengkapi pula nutrisi tubuh dengan sayuran dan buah-buahan yang mengandung antioksidan alami. Kandungan ini berguna melawan radikal bebas dari sinar matahari yang berpotensi menyebabkan penuaan dini dan kanker kulit.

Masih merasa kurang maksimal? Anda bisa mempertimbangkan untuk mengonsumsi vitamin, misalnya astaxanthin. Vitamin jenis ini diproduksi oleh alga air yang dapat merespons paparan sinar UV berlebihan. Tentunya, konsultasikan terlebih dahulu ke dokter untuk mendapatkan saran terbaik.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com