Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Anggap Remeh Tidur Bila ingin Hari yang Lebih Baik

Kompas.com - 16/03/2018, 05:49 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tidur memiliki efek penting bagi kesehatan. Banyak orang sepakat  dalam hal itu. Tapi dalam kenyataan, tak banyak yang benar-benar melakukan.

Survei online yang dilakukan Februari 2018 oleh Harris Poll atas nama Philips, terhadap 15.000 orang dewasa di 13 negara—Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Polandia, Prancis, India, China, Australia, Kolombia, Argentina, Meksiko, Brasil dan Jepang—mendukung fenomena dan mengungkap fakta lain soal tidur. 

Menurut Chief Medical Officer Phillips Sleep & Respitory Care David White, tidur adalah landasan gaya hidup sehat. Tidur yang kurang memadai dapat berdampak langsung pada kesehatan kita.

Secara global, 67 persen responden menganggap bahwa tidur berdampak penting bagi keseluruhan kesehatan mereka. Sayangnya, mereka tidak menganggap itu bagian dari gaya hidup sehat, karena hanya 29 persen yang merasa bersalah tidak menjaga pola tidur. 

Bahkan, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan keinginan mereka untuk berolahraga secara rutin, 3-4 kali dalam seminggu dimana sebanyak 49 persen mengangapnya penting, dan menjaga makan sehat sebanyak 42 persen.

Survei ini menunjukkan bahwa banyak orang masih belum memprioritaskan tidur ketimbang berolahraga atau mengkonsumsi makanan sehat, walaupun mengetahui bahwa tidur itu penting untuk kesehatan secara keseluruhan.

Baca juga : Dampak Kurang Tidur: Dari Cepat Pikun Sampai Depresi

“Semakin kita mengerti bagaimana dampak tidur pada segala hal yang kita lakukan, semakin bisa kita menyesuaikan gaya hidup kita dan menemukan solusi yang membantu kita tidur dengan lebih baik,” kata White.

Dari survei ini juga terungkap, sekitar 61 persen responden memiliki beberapa jenis masalah medis yang memengaruhi tidur mereka. Penyebab susah tidur lainnya adalah rasa kekhawatiran sekitar 58 persen, distraksi teknologi 26 persen, insomnia 26 persen dan mendengkur 21 persen.

Nah, menariknya, dampak kekurangan tidur ini tak main-main.

Sekitar 46 persen responden mengaku merasa kelelahan karena kurang tidur. Kemudian 41 persen merasa murung dan mudah marah, diikuti tidak termotivasi sebesar 39 persen dan mengalami kesulitan berkonsentrasi sebesar 39 persen.

“Seberapa baik dan berapa lama kita tidur setiap malam sebelumnya adalah variabel paling penting yang mempengaruhi perasaan kita pada hari berikutnya," kata White lewat rilis yang diterima Kompas Lifestyle, Jakarta, Kamis (15/3/2018).

Baca juga : Empati Berkurang Gara-gara Kurang Tidur

Lantas, bagaimana cara memperbaikinya? Sekitar 77 persen mencoba memperbaiki tidur mereka dengan cara tertentu. 

Sedangkan, 36 persen responden memperbaiki dengan cara mendengarkan musik yang menenangkan, 32 persen mengatur jadwal untuk tidur/bangun.

Walau begitu, metode di tiap negara berbeda. Misalnya di India, 45 persen menggunakan meditasi, sedangkan 33 persen orang dewasa di Polandia dan 31 persen orang dewasa di Tiongkok memperbaiki tidur dengan meningkatkan kualitas udara mereka.

Untuk memperbaiki hasil klinis dalam terapi dan perawatan tidur, Philips mengumumkan pembukaan Sleep and Respiratory Education Center pertama di Asia Tenggara di kantor pusat regional, Philips APAC Center, di Singapura.

Pusat pedidikan ini bertujuan untuk melatih para tenaga kesehatan profesional di seluruh wilayah Asia Pasifik untuk bisa mendiagnosis dan mengobati gangguan tidur dengan lebih baik.

Presiden Direktur Philips Indonesia, mengatakan hal ini dilakukan sebagai komitmen dalam memberikan dukungan di seluruh rentang kesehatan. 

“Kualitas tidur merupakan salah satu tindakan preventif utama dalam menjaga kesehatan yang seringkali kita abaikan.”

“Melalui inovasi Sleep and Respiratory, kami ingin membantu orang-orang mengatasi permasalahan tidur, sehingga dapat memiliki tubuh yang lebih sehat," kata Suryo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com