Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tantangan Indonesia Sebagai Barometer Modest Fashion Dunia

Kompas.com - 22/03/2018, 14:09 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia punya peluang yang besar untuk menjadi barometer modest fashion dunia. Banyak modal yang dimiliki Indonesia untuk menuju ke arah sana.

Mulai dari memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, banyak komunitas dan desainer, serta cukup rajin menyelenggarakan acara-acara bertemakan modest wear.

 

"Namun banyak fashion Indonesia justru berkiblat, misalnya ke Turki. Kerudung, baju Turkey style. Nah sekarang bagaimana style Indonesia mampu menjadi seperti itu," ujar perancang Tuty Adib.

Hal ini diungkapkannya kepada KOMPAS Lifestyle seusai konferensi pers Mahakarya Borobudur 2018: Indonesia Berkain, Rabu (21/3/2018).

Tuty menjadi salah satu desainer modest wear yang baru saja mewakili Indonesia di London Fashion Week 2018. Menurutnya, saat ini semakin banyak desainer ternama yang mulai membuat koleksi modest wear.

"Saya rasa Indonesia punya peluang sangat besar untuk jadi barometer modest fashion dunia," tutur perancang baju pernikahan putra dan putri Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka dan Kahiyang Ayu itu.

Namun, bukan berarti hal itu mudah untuk diwujudkan. Meski unggul dalam beberapa hal, namun Tuty menekankan, para desainer modest wear Indonesia harus terus memiliki ide kreatif dan memperkuat riset pasar.

Ia mempelajari, beberapa negara cenderung memilih pakaian yang ready to wear dan ringan, sesuai dengan karakter kesibukan masing-masing.

Dari kain, warna sesuai warna kulit menjadi salah satu pertimbangan mereka. Misalnya untuk orang-orang yang berkulit hitam, cenderung memilih warna yang bisa memaksimalkan eksotisme kulitnya.

"Jadi ada yang suka warna pastel dan mungkin ada juga yang enggak suka sama model yang sangat Indonesia, jadi kayak warna-warna nude juga ada," ujarnya.

Baca juga : Perbedaan Modest Fashion Indonesia dan Negara Lain

Begitu pula dari segi bahan. Untuk negara-negara dengan empat musim, bahan-bahan seperti katun atau viscose kerap menjadi pilihan.

Pada intinya, riset mendalam menurutnya menjadi hal yang sangat penting.

"Asia mungkin senang detail, tapi kayak orang Eropa, Amerika, mungkin tidak begitu suka yang detail. Tidak bisa generalisasi. Kita mau bidik negara mana, harus kita pelajari," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com