Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/05/2018, 15:57 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Trauma pada anak bukan sesuatu yang mudah untuk diatasi. Anak yang pernah mengalami trauma harus diperhatikan secara khusus agar trauma yang ia rasakan tidak berkelanjutan.

Pasalnya, trauma pada anak dapat mengganggu perkembangannya, yang kemudian bisa terbawa sampai ia dewasa.

Trauma pada anak bisa didapatkan dalam bentuk trauma fisik dan psikologis. Trauma psikologis menyangkut pengalaman emosional yang menyakitkan, mengejutkan, menegangkan, bahkan terkadang mengancam jiwa si anak.

Pengalaman ini bisa terjadi pada saat bencana alam, kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan terorisme.

Dan trauma yang terjadi pada masa kanak-kanak dapat mempengaruhi perkembangan normal otak anak, termasuk pada ukuran bagian otak anak yang membantu mengontrol reaksi anak terhadap bahaya.

Pada masa usia anak sekolah, trauma dapat menunda kemampuan anak untuk bereaksi terhadap bahaya, seperti refleks kejut.

Perubahan biologis yang terjadi dalam tubuh akibat trauma dapat mempengaruhi cara anak dan remaja menanggapi bahaya dan tekanan masa depan dalam hidup mereka, dan juga dapat berpengaruh pada kesehatan jangka panjang.

Baca juga: Menjelaskan Peristiwa Terorisme pada Anak

Tidak hanya berdampak secara biologis, trauma juga dapat berdampak pada emosional anak karena pada masa ini pula emosional anak sedang dalam tahap perkembangan.

Masa anak adalah masa di mana anak sedang belajar mengenali emosi dan menangani emosi mereka dengan bantuan orangtua maupun pengasuh.

Ketika trauma terjadi pada masa ini, maka anak akan sulit mengenali emosi mereka. Ini dapat membuat anak menunjukkan emosinya secara berlebihan. Anak juga lebih cenderung untuk menyembunyikan perasaan mereka.

Bagaimana cara mengatasi trauma pada anak?

Reaksi anak terhadap trauma dapat ditunjukkan secara langsung maupun nanti, dan tingkat keparahan dari trauma ini pun bisa berbeda antar anak.

Anak-anak yang sudah mempunyai masalah kesehatan mental, pernah mengalami trauma di masa lalu, mempunyai dukungan yang sedikit dari keluarga dan lingkungan sekitar, dapat menunjukkan reaksi yang lebih terhadap trauma.

Tanda trauma yang ditunjukkan anak pun bisa berbeda-beda tergantung dari usia anak. Anak di bawah usia 5 tahun yang mengalami trauma akan menunjukkan tanda seperti ketakutan, terus “menempel” pada orangtua, menangis atau berteriak, merengek atau gemetar, diam saja, dan menjadi takut akan gelap.

Baca juga: Mencegah Efek Negatif Berita Serangan Terorisme pada Anak

Sedangkan, anak usia 6-11 tahun akan menunjukkan tanda seperti mengisolasi diri, menjadi sangat pendiam, mengalami mimpi buruk atau masalah tidur, tidak ingin tidur, mudah marah dan bisa berlebihan, tidak mampu berkonsentrasi di sekolah, mengajak teman berkelahi, dan kehilangan minatnya untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com