Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal "Yellow Caturra", Kopi Langka Incaran Penggila Kopi

Kompas.com - 19/06/2018, 06:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Meski tak semewah gerai kopi di kota besar, kedai 'Kopi Gunung' ternyata menyimpan 'harta karun' penggila kopi.

Berlokasi di kaki Gunung Argopuro, Kecamatan Krucil, Desa Bremi, Probolinggo, kedai gagasan Rudy Hartono ini juga menyediakan biji kopi Yellow Caturra.

Konon, Yellow Caturra merupakan kopi langka yang hanya tersisa 700-900 pohon di Indonesia.

Kopi ini sebenarnya telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Namun, jumlah yang sedikit membuat biji kopi ini tidak populer di telinga masyarakat.

Kopi ini pertama kali ditemukan di daerah Bajawa, Flores, yang dibawa oleh Bangsa Portugis.

Saat ini, yellow caturra bisa ditemukan di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya di kaki Gunung Argopuro, kecamatan Krucil, Probolinggo.

Baca juga: Merasakan Sensasi Kopi Gunung di Kaki Gunung Argopuro...

Berbeda dengan biji kopi lainnya yang berwarna merah pekat ketika matang, yellow caturra hanya berwarna kuning.

Ukuran biji kopinya juga terbilang kecil, lebih keras, dan lebih wangi.

"Ketika diseduh, yellow caturra ini memiliki rasa seperti lemon. Jadi mirip seperti teh buah," kata Rudy.

Inilah yang menurut Rudy, menjadi salah satu faktor yellow caturra digilai banyak orang.

Pria yang telah mendalami ilmu kopi selama 10 tahun ini juga menceritakan, yellow caturra asli Flores pernah ramai diperbincangkan di media sosial.

"Namun ketika teman-teman dari Flores mengenal yellow caturra asli kaki Gunung Argopuro, mereka justru ingin membeli yellow caturra asli sini," ungkap Rudy.

"Ini artinya yellow caturra dari Flores ini cuma terkenal lewat media sosial karena tidak ada sertifikasi," ucapnya.

Biji Kopi yellow cattura yang tumbuh di kaki Gunung ArgopuroAriska Anggraini Biji Kopi yellow cattura yang tumbuh di kaki Gunung Argopuro

Menurut dia, sertifikasi ini merupakan jenis pembuktian unggulnya kualitas kopi. Salah satu syarat sertifikasi kopi, kata Rudy, itu harus ada hamparan.

"Jadi, jika tidak ada hamparan, ini berarti biji kopi tersebut hanya ditanam secara tradisional," ucap Rudy.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com