Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Terlalu Sibuk Les Malah Tidak Harmonis Dengan Keluarga

Kompas.com - 23/07/2018, 11:40 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Setiap orangtua tentu akan berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. Beberapa bahkan sampai mendaftarkan anak-anak mereka mengikuti berbagai kegiatan, baik ekskul, les bimbel, klub olahraga, dan kursus privat seperti les musik atau kursus bahasa asing.

Semua ini dilakukan supaya anak mereka lebih berprestasi dan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk sukses di kemudian hari.

Meski begitu, ada baiknya kita pertimbangkan masak-masak sebelum mendaftarkan anak ikut banyak kegiatan tambahan di luar waktu sekolahnya.

Ketika anak terlalu disibukkan dengan aktivitas di luar rumah, ia akan semakin jauh dengan keluarganya sehingga dapat berdampak buruk pada keharmonisan keluarga.

Baca juga: Jangan Biarkan Jadwal Anak Terlalu Padat

Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepulang sekolah memang banyak manfaatnya. Selain menambah wawasan dan mengasah minat serta bakatnya, beragam kegiatan ini bisa membantunya memperluas lingkup pertemanan dengan orang-orang baru.

Meski begitu, jangan sampai anak malah merasa sangat kewalahan dengan aktivitasnya yang segudang sehingga menomorsekiankan keluarganya.

D. Sharon Wheeler selaku peneliti studi yang dipublikasikan dalam Taylor and Francis Journal Sport, Education, and Society menjelaskan bahwa risiko kebanyakan ikut ekskul akan lebih berat daripada manfaatnya jika terlalu dipaksakan.

Penelitian tersebut dilakukan dengan cara mewawancarai 50 keluarga dari 12 sekolah dasar yang ada di Inggris bagian utara dan barat.

Sekitar 88 persen dari seluruh anak mengikuti kegiatan di luar jam sekolah hingga 4-5 kali dalam seminggu, sementara 58 persennya mengikuti lebih dari satu ekskul yang mulai pada malam hari.

Wheeler beserta timnya menemukan bahwa anak-anak usia SD yang mengikuti ekskul dan kegiatan tambahan di luar sekolah hingga 4-5 kali dalam seminggu, bahkan hingga sampai larut malam, menjadi mudah kelelahan dan tidak fokus, sehingga jarang menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga.

IlustrasiSasiistock Ilustrasi
Suniya Luthar, seorang profesor psikologi di Columbia, berpedapat bahwa jumlah kegiatan ekskul yang diikuti anak bukanlah satu-satunya sumber masalah.

Masalahnya mulai muncul ketika orangtua mengawasi seluruh aktivitas anak secara berlebihan dan menempatkan ekspektasi yang amat tinggi bagi mereka — “Pokoknya kamu harus dapat hasil yang bagus!” atau “Dalam 3 bulan, kamu harus sudah bisa kuasai teknik (olahraga/bermusik/dst) yang baru!” dan seterusnya.

Tekanan berat dan ekspektasi tinggi agar selalu sukses dalam bidang akademis dan non-akademis berpotensi membahayakan perkembangan dan kesejahteraan anak.

Lama-lama, ini juga menjauhkan anak dari interaksi dengan anggota keluarga terdekatnya karena merasa diteror dan diperlakukan bagai robot.

Baca juga: 15 Cara Mendidik Anak agar Menjadi Pria Sejati

Dr. Luthar dan Polly Young-Eisendrath, dua orang psikolog klinis sekaligus penulis buku The Self-Esteem Trap, setuju bahwa terlalu banyak mengharuskan si kecil melakukan berbagai kegiatan sepulang sekolah dapat memberi masalah pada kehidupannya.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com