Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/08/2018, 10:00 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com  — Kemudahan mendapatkan informasi di era digital ini terkadang juga dibarengi dengan derasnya mitos keliru, termasuk dalam hal pemberian ASI dan MPASI (makanan pendamping ASI).

“Di zaman modern ini, ternyata masih banyak orang yang percaya dengan mitos atau ‘kata orang dulu’, padahal belum tentu semuanya benar,” kata spesialis anak dr. Yoga Devaera, Sp.A(K) dalam keterangan Phillips Avent kepada Kompas.com, Jakarta.

Menurut Yoga, ketika mendapat nasihat dari orang lain, orangtua harus aktif mencari konfirmasi.

"Percayai sumber informasi kredibel seperti dokter, organisasi terpercaya atau situs parenting, bukan hanya blog post atau unggahan media sosial tanpa sumber yang jelas,” katanya.

Mengenai mitos yang banyak beredar, Yoga memberikan contoh soal salah satu pasien yang pernah bertanya apakah setelah usia enam bulan, bayi butuh tambahan jenis susu lainnya. Menurutnya, hal itu tidak lah benar.  

Memang, kata Yoga, setelah enam bulan, bayi memerlukan tambahan energi, protein dan terutama zat besi, karena ASI saja tidak mencukupi. Namun, yang harus diberikan setelah enam bulan bukan susu formula, melainkan makanan padat atau MPASI yang mengandung zat dibutuhkan tadi. 

“Pengenalan tekstur makanan padat juga diperlukan sehingga keterampilan makan bayi terasah,” katanya.

Baca juga: Mengenali Makanan yang Harus Dihindari oleh Ibu Menyusui

Mitos lain adalah jika bayi diberikan ASI dengan botol, maka akan menolak payudara ibu. Yoga memastikan bahwa itu tidak sepenuhnya benar, sebab ada banyak bayi yang menyusui dari payudara dan botol secara bergantian tanpa masalah berarti.  

“Selama botol itu diperkenalkan setelah sang bayi sudah mahir menyusui secara langsung dari payudara ibu, biasanya di sekitar usia dua bulan,” ujar Yoga. 

Berikut beberapa mitos lain soal seputar ASI dan MPASI dan faktanya menurut Yoga. 

Mitos: Ibu menyusui hanya boleh mengonsumsi makanan ‘hambar’
Benar, bahwa ibu menyusui harus memperhatikan apa yang ia makan, tetapi tidak berarti banyak pantangan. Ibu boleh mengasup makanan yang mereka suka, selama tidak berpengaruh buruk ke kesehatan ibu (misalnya makanan yang dapat menyebabkan alergi).
    
Bahkan, ada keuntungan tersendiri dari ibu yang tak banyak pantangan ketika menyusui. Selain membuat Ibu senang karena bisa memakan beragam makanan dan mengurangi stress sehingga produksi ASI lebih lancar, si kecil nantinya tidak akan tumbuh menjadi anak yang tidak pilih-pilih makanan, karena sudah diperkenalkan dengan berbagai rasa.
    
Mitos: Ibu harus berhenti menyusui ketika sedang sakit
Berhenti menyusui selama sakit bukan berarti bayi tidak akan tertular penyakit ibu. Bisa saja bayi  mungkin sudah tertular selama masa inkubasi penyakit ibu.

Menyusui ketika sedang sakit justru akan memberikan antibodi pelindung yang akan menjaga bayi tetap sehat.

Baca juga: Stunting, Anak Pendek karena Kurang Gizi
    
Mitos: Setelah kembali bekerja, Ibu harus menyapih bayinya
Tentunya hal ini tidak benar. Banyak ibu bekerja yang tetap bisa memberikan ASI dengan cara memompa ASI secara teratur.
    
Ibu tetap menyusui di pagi hari sebelum berangkat dan di malam hari. Hal ini akan menjaga produksi ASI ibu tidak berkurang setelah kembali bekerja. Jangan lupa mulai menabung ASI sebelum masa cuti berakhir.
    
Mitos: MPASI harus terdiri dari banyak buah dan sayur saja
Selain karbohidrat bayi juga membutuhkan tambahan protein dan terutama zat besi dari makanannya.

Zat besi sangat penting untuk kecerdasannya. Zat besi dalam daging merah mempunyai penyerapan yang baik.
    
Apabila si kecil hanya diberikan buah dan tim sayur, makin lama si kecil makin kekurangan zat besi dan protein. Ibu tidak perlu khawatir pada usia 6 (enam) bulan saluran cerna bayi sudah siap mencerna sumber protein hewani.

Jadi, pastikan MPASI mengandung sumber protein hewani dan  sumber zat besi seperti daging merah atau ati ayam.

Baca juga: Protein Hewani Harus Ada dalam Makanan Pendamping ASI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com