Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/08/2018, 08:08 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kesehatan mental masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia yang perlu mendapatkan perhatian khusus.

Jika diabaikan, gangguan kesehatan mental dapat mengarah pada stres dan berujung pada depresi berkepanjangan.

Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2016 terdapat sekitar 35 juta orang di dunia terkena depresi dan diprediksikan pada tahun 2020 mendatang, depresi akan menjadi beban kesehatan nomor dua setelah kardiovaskular.

Di Indonesia sendiri angka penderita stres dan depresi menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun.

Menurut Dr. Eva Suryani, Sp, KJ, Kepala Divisi Edukasi dan Training Asosiasi Psikiatri Indonesia, Wilayah DKI Jakarta, kondisi tersebut dilatarbelakangi oleh tekanan hidup yang semakin rumit seperti tekanan sosial dan ekonomi, tekanan pekerjaan, tingkat kemacetan dan lain sebagainya.

Baca juga: Meningkatkan Kesehatan Mental di Tempat Kerja

Hasil riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes tahun 2013 pun menunjukan prevalensi gangguan mental emosional biasanya terjadi dengan gejala-gejala depresi serta kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas, dan ditemui pada sekitar 6 persen dari penduduk Indonesia.

“Di lain sisi banyak penderita yang tidak menyadari akan gejala awal stres yang mereka alami dapat berpotensi memicu depresi yang berkelanjutan,” ungkapnya lagi dalam kegiatan bersama Halodoc, di Jakarta, Rabu (29/8/2018).

Eva yang juga merupakan psikiater di fitur aplikasi Kontak Dokter Halodoc menambahkan, jumlah tenaga dan fasilitas kesehatan mental profesional di Indonesia masih tergolong minim.

Berdasarkan standar yang ditetapkan oleh WHO, idealnya perbandingan antara tenaga kesehatan dan pasien yakni 1:30 ribu orang atau sekitar 0,03 per 100.000 penduduk.

Karena itu juga, Halodoc yang merupakan aplikasi kesehatan terpadu berbasis online melalui salah satu fiturnya, Kontak Dokter, mencoba untuk membantu dengan menghadirkan dokter spesialis mental yang dapat dihubungi setiap saat oleh pengguna untuk berkonsultasi seputar permasalahan yang dihadapinya.

Fitur ini berguna sebagai tahap pertama untuk mendeteksi kesehatan mental.

Baca juga: Atasi Stres Hingga Kecanduan, Ini 9 Manfaat Lari bagi Kesehatan Mental

“Kami menyadari salah satu tantangan terbesar dalam mengatasi permasalahan kesehatan mental adalah stigma negatif masyarakat dalam memandang permasalahan ini sebagai sesuatu yang memalukan, sehingga membuat penderita enggan berkonsultasi kepada psikolog maupun psikiater,” ungkap VP Marketing Halodoc, Felicia Kawilarang.

Di sisi lain, menurutnya, orang-orang dengan kondisi depresi dan stres, justru lebih mudah berbicara dan konsultasi dengan orang tak dikenal, terlebih dokter atau psikolog.

Apalagi konsultasi tersebut benar-benar rahasia, dan tidak diketahui oleh orang lain selain pasien dengan dokter/psikolog.

"Kami di Halodoc menerapkan sistem kerahasiaan, sehingga orang-orang mau berkonsultasi," katanya.

Felicia berharap, melalui kehadiran psikiater dan psikolog di fitur Kontak Dokter, pengguna tidak perlu sungkan ataupun malu karena percakapan terjadi antara dokter dan pengguna dalam aplikasi ini terjamin kerahasiannya dan tidak akan disebarluaskan.

Saat ini jumlah dokter ahli mental atau psikiater dan psikolog yang tergabung dalam fitur Kontak Dokter di Halodoc berjumlah 10 orang, dan masih akan terus bertambah seiring dengan kebutuhan pengguna nantinya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com