Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perihal #CrazyRichSurabayan, Sosiolog Nilai Itu Hanya Lelucon...

Kompas.com - 14/09/2018, 19:04 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Berbagai cerita tentang perilaku konsumtif orang kaya di Surabaya yang tersebar di media sosial dengan tagar #CrazyRichSurabayan, menjadi trending topic di Twitter hari ini, Jumat (14/9/2018).

Entah benar atau tidak, cerita mengenai perilaku orang kaya Surabaya terkait pengalokasian uang yang mereka miliki banyak mendapat tanggapan dari khalayak luas.

Sebagian besar dari netizen membenarkan terjadinya hal itu. Mereka bahkan menyebutnya sebagai kejadian yang sudah lama terjadi di Surabaya, hanya saja tidak tereskpos media.

Meski demikian, sosiolog Universitas Airlangga di Surabaya, Bagong Suyanto, menyebut bahwa tagar #CrazyRichSurabayan itu hanya lelucon semata.

"Saya tidak tahu persis ya, tapi dugaan saya itu lucu-lucuan, karena di media Surabaya saya enggak membaca itu sebagai berita yang serius," ujar Bagong saat dihubungi melalui telepon, Jumat (14/9/2018).

Baca juga: Saat Tagar #CrazyRichSurabayan Menghibur Jagat Twitter Indonesia

Tunjungan Plaza 6, Surabaya, Jawa Timur.Dokumentasi Pakuwon Jati Tunjungan Plaza 6, Surabaya, Jawa Timur.

Jika benar ada, perilaku yang ditunjukkan oleh kalangan kaya di Surabaya tidak seekstrem yang digambarkan melalui cuitan di Twitter. Bagong menilai, hanya sebatas gaya hidup orang kalangan menengah ke atas.

"Memang itu kan bagian dari cara orang kelas menengah ke atas memperlihatkan identitas sosialnya. Kita tidak berbicara apakah perilakunya rasional kalkulatif atau tidak, tapi itu lebih kepada lifestyle orang," kata Bagong.

Saat berdiskusi tentang perayaan ulang tahun seorang anak dari kalangan berada yang dirayakan secara mewah, Bagong menyebut tidak ada kerugian yang didapat oleh keluarga penyelenggara, tetapi justru keuntungan.

"Jangan dikira mereka rugi lho. Orang kaya kalau mengadakan ulang tahun untuk anaknya itu, kalau mengundang orang kaya mereka bukannya rugi tapi malah untung, karena kadonya lebih banyak," kata Bagong.

"Sekarang di hotel bintang lima, makan satu orang, katakanlah Rp 200.000, Rp 200.000x2 ya, satu undangan dua orang datang, kan Rp 400.000. Masa orang kaya kasih kado Rp 400.000? Kan kadonya bisa Rp 1 juta lebih, jangan dibayangkan itu selalu rugi, enggak. Minimal impas," ucap dia.

Menurut Bagong, apa yang dilakukan oleh orang-orang itu, jika memang ada, merupakan sesuatu yang wajar, mengingat status ekonomi dan keadaan finansial mereka yang mencukupi.

"Yang mengira pamer kan kita-kita. Kalau menurut mereka yang kelas menengah ke atas ya biasa saja, punya uang banyak," ucapnya.

Kompas TV The Quail merupakan sebuah pameran kendaraan mewah yang diadakan di lapangan Golf Quail di Carmel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com