Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Adegan Sinetron yang Bertentangan dengan Logika dan Kenyataan

Kompas.com - 22/10/2018, 19:10 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Televisi menjadi salah satu sumber hiburan bagi masyarakat. Sejumlah programnya, seperti kuis, musik, dan sinetron menjadi tontonan yang menarik untuk diikuti.

Salah satunya adalah sinema elektronik atau sinetron. Program ini menarik perhatian masyarakat karena menampilkan aktris cantik dan aktor tampan, juga menampilkan cerita yang menarik.

Namun, ada sejumlah adegan dalam sinetron yang dianggap janggal dan sulit diterima akal sehat. Berikut lima di antaranya:

1. Tidur pakai make up

IlustrasiThinkstockphotos Ilustrasi
Hal janggal pertama di sinetron Indonesia adalah saat adegan tidur dilakukan oleh seorang aktris. Banyak adegan yang menampilkan seorang perempuan tidur dengan kondisi wajah yang didandani.

Alis, lipstik, bedak, bahkan riasan mata masih menempel di wajah si aktris, sehingga adegan tidur pun ditampilkan dengan wajah penuh riasan.

Padahal, sebelum tidur sebaiknya seseorang harus membersihkan wajah dari riasan make up yang menghiasi wajah seharian.

Hal itu ditujukan untuk menjaga kesehatan kulit dari bahan-bahan kimia yang terkandung dalam produk makeup. Tidur menggunakan make up justru membuat kulit menjadi kusam.

Baca: Anda Ingin Cepat Tua? Tidurlah dengan "Make Up" Setiap Malam

2. Mudah pingsan

Dalam sinetron begitu banyak ditemukan adegan seorang pemeran mengalami keadaan tak sadarkan diri atau pingsan.

Biasanya, karakter itu pingsan setelah terbentur pohon, mengetahui suatu fakta mengejutkan, dan sebagainya.

Padahal, pingsan umumnya disebabkan karena faktor-faktor tertentu. Misalnya dehidrasi, berdiri terlalu lama, melihat darah atau hal emosional, kelelahan, atau ada gangguan penyakit.

Baca: Mendadak Pingsan? Ini 5 Penyebabnya

3. Adegan kecelakaan

Adegan ini biasanya menggambarkan karakter dalam sinetron yang bukannya menghindar, tapi malah berteriak dan menutup mata atau kuping. Mereka tidak segera menyingkir dari tengah jalan, padahal jarak kendaraan masih lumayan jauh dari posisi berdiri.

Adegan ini tentu tidak akan terjadi di kehidupan nyata. Manusia memiliki sensor yang memungkinkan terjadinya gerak refleks dalam menghadapi bahaya.

Gerak refleks terjadi dengan cepat, sebagai reaksi tubuh yang bergerak otomatis. Biasanya reaksi terjadi cepat terhadap sebagai upaya menghindari bahaya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com