Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/12/2018, 07:03 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – “Enaknya kita ngopi dimana ya?” Pertanyaan semacam itu rasanya cukup sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Kopi saat ini memang sudah menjelma menjadi sebuah destinasi bagi banyak orang.

Hal itu diungkapkan oleh Tim Co-Branding Kementerian Pariwisata Jay Wijayanto kepada wartawan di The Dharmawangsa Hotel, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

“Ternyata sekarang ekosistem kopi tidak hanya menjadi komoditas, tapi juga menjadi destinasi. Pertanyaan tadi sekarang menjadi pertanyaan lazim, bukan?” ucapnya.

Menikmati kopi kini menjadi salah satu kegiatan favorit masyarakat Indonesia. Kopi pun dinikmati dengan cara yang bervariasi dan dipadukan dengan berbagai unsur lain, misalnya susu.

Namun, cara menikmati kopi dengan cara ditubruk atau diseduh langsung menjadi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia dari segala kalangan dan telah dilakukan sejak dulu.

Teknik seduh yang sering dianggap tradisional ini sebetulnya justru merupakan cara seduh yang sesuai dengan standar internasional atau yang lebih dikenal dengan istilah “cupping”.

Baca juga: Cupping Kopi, Apa Fungsinya?

Membuat kopi tubruk ternyata tak semudah kedengarannya. Jenis kopi dan air yang sama rupanya tidak serta merta membuat rasa setiap segelas kopi juga sama.

“Nubruk kopi dengan air yang sama, kopi sama, tapi nubruknya beda, rasanya akan beda,” kata Jay.

Di balik seduhan segelas kopi juga tersemat mimpi untuk membawa kopi tubruk nusantara ke kancah internasional. Kita punya potensi itu, kata Jay.

Sebab, Indonesia saat ini menjadi produsen kopi terbesar keempat di dunia. Hanya kalah dari Brazil, Vietnam dan Kolombia.

IlustrasiThinkstockphotos Ilustrasi
Namun, Indonesia bisa dibilang punya budaya kopi paling kaya di dunia dengan sebaran jenis kopi yang kompleksitasnya berbeda dari Sabang sampai Merauke.

“Potensi untuk sampai world class kita punya semua. Negara yang variasi kopinya paling kompleks masih kita, karena tanah kita variatif berbeda sehingga menumbuhkan kopi dengan varietas sama hasilnya beda. Kita paling various,” tuturnya.

Meski memiliki beragam jenis kopi, namun selama ini nama-nama besar cenderung lebih mendominasi. Sebut saja kopi Aceh, Toraja, Lintong, Flores, dan lainnya.

Padahal, masih banyak kopi-kopi di daerah lainnya yang punya cita rasa tak kalah nikmatnya dari nama-nama besar yang sudah ada.

Salah satunya adalah Kopi Semende dari Muara Enim, Sumatera Selatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com