JAKARTA, KOMPAS.com - Ketika mendengar kata "G-Shock", kita sudah bisa membayangkan bentuk dan desain jam tangannya, bukan begitu?
Meski sudah memiliki sekian banyak seri sejak kelahirannya 35 tahun silam, namun bentuk jam tangan G-Shock sangat ikonik dan kental dengan ciri yang khas.
Jam tangan asal pabrikan Jepang ini pun selalu mempunyai tempat di hati para penggemarnya.
Ada satu hal yang selalu dipegang oleh G-Shock dalam setiap koleksi jamnya, yaitu toughness alias daya tahannya.
Sehingga, seperti apa pun bentuk jam tangannya, nilai itu selalu dipertahankan.
"Toughness itu tidak boleh tidak ada pada setiap jam G-Shock. Jadi mau jamnya setipis atau seringan apapun, kami harus tetap memikirkan tahan benturan, tidak rusak karena benturan."
Hal itu diungkapkan oleh Design Manager of Casio Timepiece, Ryusuke Moriai saat berbincang dengan Kompas Lifestyle di sela peringatan ulang tahun ke-35 G-Shock di Ancol, Jakarta, Sabtu (8/12/2018).
Baca juga: Sabtu Sore Bersama Pria yang Telah 33 Tahun Merancang Jam G-Shock...
Moriai mencontohkan seri 5000 G-Shock yang dibuat dari material metal.
Secara umum, jam tangan metal akan lebih rentan rusak ketika jatuh dan terbentur daripada jam tangan dengan bahan resin.
Nah, G-Shock pun memikirkan bagaimana agar jam tangan metal juga tahan terhadap benturan ketika terjatuh, dengan memikirkan detail desainnya secara lebih mendalam.
"Di balik ini, ada beberapa usaha yang dilakukan untuk menjaga kebijakan tahan benturan agar tidak berubah," tutur dia.
Menyeimbangkan tren dan idealisme menjadi hal lain yang juga terus dipertahankan oleh G-Shock, demi menjaga eksistensi dari masa ke masa.
Menurut Moriai, merek jam tangan yang terlalu sering berpindah tren biasanya akan cepat hilang.
Kendati demikian, bukan berarti G-Shock mengabaikan tren.
"G-Shock mungkin bisa dibilang ikonik, unik. Tapi di satu titik mungkin ada yang bosan," kata pria yang sudah lebih dari 30 tahun bersama Casio itu.
Baca juga: Menyusuri Jejak Sejarah di Perayaan 35 Tahun G-Shock...