Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sistem Kerja Fleksibel Tak Cuma Penting bagi Individu, tapi Juga Bumi

Kompas.com - 10/12/2018, 18:14 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Selain bermanfaat untuk mengatur tingkat stres, kerja fleksibel juga dapat mengurangi tingkat karbon dioksida hingga 214 juta ton per tahun di tahun 2030.

Temuan ini merupakan hasil dari riset Regus, penyedia tempat kerja global.

Studi Regus ini menganalisis dampak sosioekonomi dari sistem kerja fleksibel di 16 negara.

Negara itu adalah Australia, Austria, Kanada, Tiongkok, Prancis, Jerman, Hong Kong, India, Jepang, Belanda, Selandia Baru, Polandia, Singapura, Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat.

Ada pun ruang kerja fleksibel, yang juga dikenal sebagai co-working, menawarkan ruang kepada individu atau karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan tanpa harus datang ke kantor, atau memikirkan gangguan jika mereka bekerja di rumah.

Baca juga: 4 Trik Membuat CV Cepat Dilirik Perekrut Kerja

Studi ekonomi yang dilakukan oleh para peneliti independen ini mengungkapkan, pada tahun 2030 waktu perjalanan dapat dihemat hingga lebih dari 3,53 miliar jam per tahun, jika ruang kerja fleksibel makin banyak digunakan.

Semantara, jumlah karbon dioksida yang dapat ditekan setara dengan jumlah karbon yang diserap oleh 5,5 miliar pohon selama lebih dari 10 tahun.

Inggris diperkirakan mampu menekan 7,8 juta ton CO2 di tahun 2030 berkat peralihan ke sistem kerja fleksibel yang dapat menghemat sekitar 115 juta jam perjalanan.

Sementara itu, negara yang mampu menekan angka emisi tahunan terbesar di tahun 2030 adalah AS.

Masyarakat AS diprediksi dapat mengurangi waktu perjalanan hingga hampir 960 juta jam.

Baca juga: Salahkah Bermain Mobile Game saat Jam Kerja?

Pasalnya, sebagian besar masyarakat AS bepergian dengan mobil, sehingga pengurangan waktu perjalanan ini dapat menurunkan angka emisi CO2 hingga lebih dari 100 juta ton.

Studi ekonomi Regus juga memperkirakan jumlah penggunaan ruang kerja fleksibel akan meningkat mulai tahun ini hingga 2030.

Studi yang meneliti 16 negara di seluruh dunia ini memprediksi bahwa sistem kerja fleksibel di negara-negara tersebut akan berkontribusi lebih dari 10 triliun dollar AS, bagi perekonomian global di tahun 2030.

Country Head Regus Indonesia Vijayakumar Tangarasan mengatakan, sistem kerja fleksibel mungkin masih berkontribusi kecil terhadap upaya penanggulangan perubahan iklim.

Menurut Program Lingkungan PBB, dunia masih perlu menekan angka emisi gas rumah kaca tahunan sebesar 12-14 triliun metrik ton lagi sampai 2030 agar dapat menekan laju pemanasan global hingga dua derajat celsius.

Baca juga: Kaus Nyeleneh, Baju Kerja Gubernur Jabar Dipuji Presiden Jokowi

"Jika karyawan dapat memilih lokasi kerja yang dekat dari rumah dan memangkas waktu perjalanan, tingkat emisi karbon dapat ditekan hingga jutaan ton tiap tahun," kata Vijayakumar.

"Di tengah krisis lingkungan yang sedang melanda, peralihan ke sistem kerja fleksibel bukan hanya penting bagi bisnis dan individu, tapi juga bagi planet ini."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com