Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita PVRA, dari Bisnis Instagram hingga ke London Fashion Scout

Kompas.com - 01/02/2019, 19:58 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tak sekadar sukses membawa brand sepatunya dikenal masyarakat luas, Kara Nugroho dan Putri Katianda kini mulai menjajaki event internasional lewat produk sepatu mereka, PVRA.

PVRA menjadi satu dari deretan brand internasional yang akan tampil di ajang London Fashion Scout 2019, pertengahan Februari mendatang. PVRA sendiri akan tampil pada 16 Februari 2019.

Adapun London Fashion Scout merupakan bagian dari London Fashion Week yang menampilkan sejumlah desainer brand dari seluruh dunia.

Kesempatan ini merupakan kali pertama bagi PVRA untuk terlibat dalam ajang internasional.

"Saat awal dihubungi, kaget banget. Kami dikasih tahu pertengahan Desember dan itu masih masa kurasi. Baru dikonfirmasi awal Januari. Sempat tidak yakin karena mepet banget."

Hal itu diungkapkan oleh Managing Director sekaligus Co-Founder PVRA Putri Katianda dalam konferensi pers di Pacific Place, Jakarta, Jumat (1/2/2019).

Masa produksi pun menjadi tantangan tersendiri bagi PVRA. Creative Director sekaligus Co-Founder PVRA, Kara Nugroho menjelaskan, masa produksi biasanya dijalani selama tiga bulan. Namun untuk 10 look yang akan ditampilkan di London Fashion Scout 2019, mereka hanya memiliki waktu sekitar sebulan.

"Desain dan produksi waktunya sangat mepet, jadi kami kejar-kejaran," tuturnya.

Meski begitu, baik Kara maupun Putri sangat bersyukur bisa lolos dari proses kurasi yang ketat. Sebab, pihak penyelenggara tak sekadar mencari brand yang bisa membuat sebuah produk fesyen, tetapi juga menginginkan agar brand yang ditunjuk memiliki konsep menarik yang bisa merepresentasikan London Fashion Scout.

"Ini kesempatan yang sangat bagus untuk kami dan kami juga mendapatkan pengalaman yang sangat berharga," tutur Kara.

Bawa nilai tradisional Indonesia

PVRA, didukung oleh Tokopedia, akan menampilkan capsule collection Autumn/Winter 2019 yang terinspirasi dari filosofi di balik busana daerah di Indonesia.

Kara menjelaskan, inspirasi koleksi tersebut datang dari Suntiang atau mahkota pengantin perempuan Minang.

Meski berat ketika digunakan di kepala, namun Suntiang (trembling flower) membuat sang pengantin tampil cantik dan ternyata memiliki filosofi mendalam di baliknya.

"Tidak banyak yang punya budaya seperti kita. Kami tidak hanya angkat budaya Minang, tapi cerita utamanya memang dari situ," jelas Kara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com