KOMPAS.com - Kita semua tahu, penggunaan plastik berlebihan berdampak buruk pada lingkungan.
Oleh karena itu, gaya hidup tanpa plastik kini kian gencar digaungkan.
Sayangnya, hidup tanpa plastik memang bukan hal mudah, karena kita begitu dekat dengan benda-benda yang terbuat dari bahan tersebut.
Mulai dari tas kresek, sedotan, botol dan gelas minuman, kemasan makanan, semuanya dari plastik.
Dibutuhkan komitmen dan kedisiplinan yang tinggi untuk mengurangi pemakaian plastik, agar bumi menjadi tempat yang lebih sehat dan bersih.
Bahkan, tanpa kita sadari ada banyak barang mengandung plastik yang kerap kita gunakan sehari-hari, dan turut menyumbang kerusakan lingkungan.
Baca juga: Dari Kresek hingga Karung Beras, Paus di Filipina Telan 40 Kg Plastik
Banyak kota mulai melarang penggunaan styrofoam yang biasanya digunakan sebagai wadah bungkus makanan atau minuman.
Styrofoam mengandung plastik berbasis minyak bumi yang disebut busa polystyrene.
Saat terkena sinar matahari dan angin, styrofoam tak akan bisa terurai. Dibutuhkan satu juta tahun untuk membuat benda ini terurai.
Item ini justru menjadi potongan-potongan yang sering dikonsumsi satwa liar yang tentunya sangat berbahaya karena bersifat karsinogen-nya.
Badan Perlindungan Lingkungan menyebut, botol kaca juga membutuhkan satu juta tahun agar bisa terurai.
Daur ulang adalah pilihan yang sangat tepat untuk mengatasi masalah ini.
Selain itu, energi yang digunakan untuk membuat botol baru bisa dimanfaatkan untuk menyalakan bola lampu 100 watt selama empat jam.
Jadi, pilihlah barang-barang yang bisa didaur ulang sebelum membuangnya. Atau, kita bisa meletakkan di tempat sampah khusus daur ulang.
Baca juga: Kolaborasi Virgil Abloh x Evian dalam Botol Kaca Rainbow Inside
Plastik zipper atau wadah ziplock memang berguna untuk menyimpan barang-barang.