JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini, semakin banyak masyarakat yang memiliki berat badan berlebih.
Situasi ini cukup memprihatinkan. Apalagi obesitas meningkatkan risiko sejumlah penyakit, seperti stroke, hipertensi, penyakit jantung, dan lainnya.
Ketua Umum Asosiasi Nutritionis Olahraga dan Kebugaran Indonesia (ANOKI), Mury Kuswari, S.Pd, M.Si menyebutkan, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, angka penderita kelebihan berat badan dan obesitas terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
Pemilik berat badan berlebih pada data Riskesdas 2018, misalnya, angkanya mencapai 13,6 persen. Naik dari data Riskesdas 2013 yang hanya 11,5 persen.
Sementara penderita obesitas pada data Riskesdas 2018 angkanya mencapai 21,8 persen. Naik dari data 2013 yang hanya 14,8 persen.
Banyak orang menilai obesitas dari ukuran lemak perut. Padahal, tak hanya fisik yang harus diperhatikan melainkan kesehatan dalam tubuh itu sendiri.
Jangan sampai komposisi otot dan lemak tubuh tidak merata.
"Batas lemak, wanita 30 persen dan laki-laki 20 persen," kata Mury pada konferensi pers L-Men of The Year 2019 di Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (27/3/2019).
Untuk menjaga kesehatan, setiap orang dianjurkan untuk rutin melakukan aktivitas fisik. Namun, ternyata idealnya kita tak hanya mengejar kesehatan melainkan juga kebugaran fisik yang proporsional.
Itulah mengapa kita dianjurkan untuk berolahraga seimbang.
"Ada yang suka lari, lari terus. Jago marathon, tapi angkat-angkat enggak kuat. Karena tidak diiringi angkat beban."
"Tapi ada juga sebaliknya, angkat-angkat bisa tapi ngejar angkutan enggak bisa," tuturnya.
1. Frekuensi
Para pakar dan organisasi kesehatan merekomendasikan olahraga rutin tiga hingga lima kali seminggu. Untuk menjaganya tetap ideal, pastikan kamu menjaga rutinitas fisik minimal tiga kali seminggu.