BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Sido Muncul

Tak Hanya Lansia, Katarak Juga Hantui Penduduk Usia Produktif

Kompas.com - 09/04/2019, 15:07 WIB
Anissa DW,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Sudah lima bulan Ismayadi (57) hanya bisa melihat dengan satu mata. Pandangan dia jadi terbatas karena menderita katarak di mata kiri.

Pria yang berprofesi sebagai tukang ojek online ini mengaku, penyakit katarak itu membatasinya untuk bekerja. Dia hanya bisa bekerja di siang hari saat masih terang.

Ini bukan pertama kali Ismayadi menderita katarak. Tahun lalu mata kanannya juga mengalami penyakit yang sama. Dia bercerita, saat itu selama dua bulan dia tidak bisa bekerja dan hanya berdiam diri di rumah karena tak bisa melihat.

Sebenarnya, Ismayadi sudah berusaha untuk menyembuhkan matanya. Saat itu, dia sempat mengajukan operasi dengan bantuan dana BPJS sebanyak dua kali. Namun, karena letak rumah sakit rujukan yang terlalu jauh dan harus menunggu cukup lama, akhirnya dia mengurungkan niatnya.

Beruntung, di tengah kepasrahan, sang atasan berbaik hati dan membantu membiayai operasi katarak.

“Kalau saya sendiri nggak punya uang untuk operasi karena biayanya mahal. Waktu yang mata kanan ini atasan saya bantu biayanya sampai Rp 7 juta,” cerita pria asal Bintaro, Jakarta itu.

Berselang lima bulan dari operasi mata kanan, Ismayadi kembali mendapat cobaan. Kali ini mata kirinya menderita katarak.

Sebenarnya, sudah sejak lama dia mengetahui kalau kedua matanya terkena katarak. Namun, karena masalah biaya dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Harapan kembali datang untuk Ismayadi. Melalui atasannya, ia mendapat kabar tentang operasi katarak gratis di salah satu rumah sakit di Jakarta.

“Waktu itu atasan saya menghubungi nomor telepon yang dia kasih. Ya, sudah saya coba saja. Alhamdulillah setelah daftar terus tes kesehatan saya bisa operasi hari ini,” ucap Ismayadi setelah melakukan operasi katarak, Senin (8/4/2019).

Diderita usia produktif

Menurut Anggota Seksi Penanggulangan Buta Katarak (SPBK) Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) Jakarta dr Faraby Martha, SpM, katarak hingga saat ini masih menjadi penyebab kebutaan nomor satu di Indonesia.

Dia menjelaskan, dari total seluruh penduduk Indonesia 1,5 persennya mengalami kebutaan dan pengidap kebutaan karena katarak itu mencapai 40 persen.

Faraby mengatakan, kebanyakan penderita katarak adalah orang lanjut usia (lansia). Sebab, katarak merupakan salah satu proses penuaan.

Namun, ternyata katarak juga dapat diderita oleh orang-orang di usia produktif, yang berusia di bawah 65 tahun.

Hal tersebut dibenarkan oleh Faraby, menurutnya, penduduk negara beriklim tropis, seperti Indonesia, memang lebih rentan terkena katarak karena paparan sinar ultra violet.

“Kalau di negara sub-tropis biasanya penderita karatak itu berusia 60 tahun ke atas. Di Indonesia angkanya dikurangi 15 tahun. Artinya sekitar usia 45 tahun sudah berisiko terkena katarak,” terang Faraby, Senin (08/04/2019).

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk melalui produk unggulannya Tolak Angin, bersama dengan Christine Panjaitan, RS Antam Medika, dan Pesatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) Jakarta menggelar kegiatan operasi katarak gratis di RS Antam Medika, Jakarta, Senin (8/4/2019).Dok. Humas Sido Muncul PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk melalui produk unggulannya Tolak Angin, bersama dengan Christine Panjaitan, RS Antam Medika, dan Pesatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) Jakarta menggelar kegiatan operasi katarak gratis di RS Antam Medika, Jakarta, Senin (8/4/2019).

Selain terlalu banyak terpapar sinar ultra violet, diabetes, darah tinggi dan beberapa penyakit lain juga bisa menyebabkan katarak di usia produktif.

Operasi gratis

Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat mengaku, sudah sejak 10 tahun yang lalu dia mengetahui kalau angka penderita katarak di Indonesia cukup besar. Namun, fakta bahwa saat ini tak hanya lansia yang menderita katarak cukup mengejutkannya.

“Yang mengejutkan saya adalah masyarakat kita ini buta katarak di usia-usia 45 hingga 50 tahun. Itu usia produktif dan menjadi beban untuk keluarga. Ini sangat memprihatikan,” ucap Irwan.

Untuk mengurangi angka penderita katarak, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk melalui produk unggulannya Tolak Angin, bersama-sama dengan Christine Panjaitan, RS Antam Medika, dan Pesatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) Jakarta menggelar kegiatan operasi katarak gratis di RS Antam Medika, Jakarta.

Sebanyak 29 penderita katarak berhasil dioperasi hari itu, sedangkan target 71 mata lainnya akan menjalani operasi pada penyelenggaraan selanjutnya.

Operasi katarak yang diselenggarakan oleh Sido Muncul itu bukan yang pertama kalinya. Sejak dilaksanakan tahun 2011 hingga kini, operasi katarak gratis tersebut sudah mengoperasi 52.000 mata.

Jumlah tersebut tersebar di 27 provinsi, 211 kota dan kabupaten, serta melibatkan 239 rumah sakit atau klinik mata di seluruh Indonesia.

Irwan menuturkan, dia akan terus menambah jumlah operasi katarak gratis agar semakin banyak orang yang bisa melihat kembali.

“Tahun lalu (2018) kami memutuskan hanya mengoperasi 1.200 mata, tapi tahun ini kami masuk lagi ke 12.000 hingga 15.000 mata,” terang Irwan.

Ke depannya, tak hanya operasi katarak gratis, Sido Muncul berencana untuk melakukan operasi bibir sumbing gratis, menyalurkan bantuan untuk lansia, rumah singgah kanker, dan penderita talasemia.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com