JAKARTA, KOMPAS.com - Rasa lega dirasakan banyak masyarakat karena pemilu akhirnya tiba. Masa kampanye calon Presiden dan anggota legislatif selama 9 bulan terakhir memang menguras emosi kita.
Tak sedikit orang yang hubungannya retak bahkan pecah gara-gara perbedaan politik. Seusai pemilu, saatnya memperbaiki kembali persaudaraan yang renggang itu.
"Harus rekonsiliasi lagi. Baik itu keluarga, teman, dan sebagainya," kata sosiolog Daisy Indira Yasmine.
Menurut Daisy, penting agar semua orang mengingat bahwa pemilu hanyalah sebuah aktivitas dari rangkaian kehidupan kita.
Masih banyak ruang dalam kehidupan selain pemilu, di mana kita harus bersinggungan dengan orang-orang di sekitar. Jangan sampai perbedaan dalam pemilu memecah belah hubungan tersebut.
Baca juga: Waspadai, Ciri-ciri Gangguan Jiwa pada Calon yang Gagal di Pemilu
Kita juga wajib berbesar hati Jika figur yang kita dukung tidak menang.
"Siapapun yang menang kita harus bisa berdamai dengan keputusan-keputusan kita sendiri," tutur sosiolog dari Pusat Kajian Sosiologi-LabSosio LPPSP Universitas Indonesia itu.
Jika memang masih ada hal-hal terkait pemilu yang ingin dikritisi, gunakan saluran-saluran yang ada. Misalnya, membuat opini atau kritik membangun lewat blog.
"Jangan cuma jadi isu di dalam keluarga," kata Daisy.
Ketika perbedaan pilihan membuat relasi sosial menjadi renggang, menurutnya perlu dikaji kembali apakah hubungan memang retak karena pemilu atau sudah buruk sebelumnya.
"Gara- gara pemilu atau karena masalah lain? Jangan-jangan ternyata basis asalnya bukan pemilunya, pemilunya jadi instrumen. Itu kan bahaya," ujar Daisy.
Baca juga: Promo Pemilu, Diskon Kopi hingga Es Krim
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.