Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/04/2019, 11:19 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber DMarge

KOMPAS.com - Roti tawar yang paling banyak ditemukan di Indonesia memang roti putih. Roti jenis ini tergolong dalam karbohidrat sederhana sehingga sering dianggap tidak sehat dibanding dengan roti gandum utuh (whole grains).

Pendapat berbeda disampaikan ahli nutrisi Graeme Tomlinson. Menurut dia, tidak perlu menjauhi roti putih ketika sedang diet.

Dari segi energi, kata Tomlinson, tidak ada perbedaan antara roti tawar putih atau atau roti gandum.

Roti gandum memang mengandung lebih bayak serat yang membuat kita kenyang lebih lama.

Namun, roti putih tidak perlu ditakuti karena yang berbahaya adalah pendamping roti, seperti selai manis, jelly, atau pun mentega. Bahan tambahan itulah yang menambahkan kalori ekstra dalam roti yang akan dikonsumsi.

Lewat akun Instagramnya, Tomlinson mengilustrasikan hal ini dengan dua buah roti, baik roti tawar putih atau gandum, yang sama-sama memiliki berat 40 gram.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 

When trying to manage one’s weight, assumption often leads one to remove bread from their diet, or at least replace heavily refined white bread with slightly less refined brown bread. - - But as we can see, in terms of energy, there is no difference between white or brown bread. And whilst the latter contains more fibre [which may increase satiety], one would be better placed to evaluate total ingredients consumed with said bread in order to determine a more holistic picture. Because bread is rarely consumed alone. - - These additional ingredients equate to additional calories. In this example, smearing on a couple of generous knifes of peanut butter and jam more than triples the total calorie content of the consumed food. Consequently, all of a sudden the debate is not about consumption of bread in the first instance, or it’s colour in the second. - - In a slightly more understated, non pictured example, adding 10g of butter to a slice of bread will result in the calorie value of the ‘bread’ increasing from 95 calories to 180. Thus, though apparently insignificant, it is the butter that virtually doubles the calorie value of what we perceive as ‘bread’. - - Standing alone, bread is merely one calorie variable. Using the example shown in my graphic, peanut butter adds a second variable, whilst the jam adds a third (and the latter two are inherently more calorie dense than bread). - - This principle can be applied to one’s rationale when assessing and addressing their overall diet. In doing so, one can move away from unwarranted demonisation of a food which can be utilized as energy like any other. - - To catastrophize bread as a nutritional problem is to catastrophize a minuscule variable out of many. A calorie surplus over time results in weight gain, not bread. ????

Sebuah kiriman dibagikan oleh ????????????????????????????????????Graeme Tomlinson (@thefitnesschef_) pada 14 Apr 2019 jam 11:00 PDT

Baca juga: Trik Menyimpan Roti Agar Lebih Awet

Kedua roti tersebut ditambah dengan 30 gram selai kacang dan 20 gram selai buah.  Roti yang awalnya hanya mengandung 95 kalori kini berlipat ganda menjadi 330 kalori.

"Konsekuensinya, perdebatan akan berubah bukan tentang konsumsi roti tawar putih atau gandum lagi," kata Tomlinson.

Sebagai contoh lain ia menjelaskan, menambahkan 10 gram butter ke sepotong roti akan menyebabkan kandungan kalori roti bertambah dari 95 kal menjadi 180 kal.

Jadi, semua ini bukan tentang jenis roti yang kita pilih.

"Meskipun tampaknya tidak signifikan, mentega menjadi faktor yang hampir menggandakan nilai kalori dari roti yang kita konsumsi," ucapnya.

Baca juga: Bakar Kalori dan Bentuk Otot dengan Berenang

Jadi, tak masalah jika kita mengonsumsi roti tanpa tambahan bahan apapun.

Menurut Tomlinson, selai kacang membuat kalori naik dalam roti, baik roti tawar putih atau gandum karena kalori dari selai lebih padat dari kalori dalam roti itu sendiri.

Menurutnya, model variabel kalori ini adalah hal yang harus kita terapkan untuk berbagai jenis diet.

Pemahaman ini seharusnya membantu orang menghindari mitos keliru seputar bahan makanan yang dapat digunakan sebagai sumber energi.

Halaman:
Sumber DMarge

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com