Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AJ 4 The Shot, Sepatu Legendaris yang Habis Sebelum Gerai Dibuka

Kompas.com - 12/05/2019, 10:58 WIB
Wisnubrata

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Suatu malam di Cleveland 30 tahun lalu, tepatnya 7 Mei 1989, Chicago Bulls bertanding melawan Cleveland Cavaliers. Papan skor menunjukkan angka 100 untuk Cavaliers dan 99 untuk Bulls, namun hanya 3 detik tersisa.

Penonton bersorak-sorak karena detik sebelumnya Cavaliers mencetak angka dan pendukungnya yakin tidak ada yang bisa dilakukan Bulls dalam waktu sesempit itu. Meski begitu, pemain Cavaliers tetap waspada karena tahu lawannya memiliki Michael Jordan.

Jordan meletakkan tangannya di lutut setengah membungkuk. Ia mengatur nafas. Ada tiga detik, cukup waktu tersisa untuk satu tembakan, satu-satunya celah untuk meloloskan Bulls ke babak berikutnya. Jordan sudah mencetak 42 poin, namun Cleveland masih memimpin dengan satu angka.

Craig Ehlo dan Larry Nance dari Cavaliers ditugasi membayangi setiap gerakan Jordan. Mereka tidak mempedulikan pemain lain. Keduanya tidak ambil pusing ke mana bola terakhir dilempar, yang penting Michael Jordan tidak mendapat bola.

Tim Chicago pun menyadari itu. Mereka mengatur agar bola diberikan ke pemain tengah, karena Jordan dijaga sangat ketat. Namun Jordan meminta agar bola diberikan padanya. Ia yakin karena situasi serupa pernah dihadapinya.

Ketika bola hendak dilempar, Jordan berbalik, bergeser ke kanan lalu dengan cepat pindah ke kiri. Nance kalah cepat dalam adu gesit, membuka celah bagi Jordan untuk menerima inbound.

Dia menangkap bolanya dan berbalik ke arah garis lemparan bebas. Jordan melalukan satu dribble. Nance belum pulih dari keterkejutannya. Dua dribel. Ehlo menghalangi jalannya. Jordan melompat dan Ehlo mengayunkan tangan berusaha menghambat bola.

Namun saat Ehlo mulai turun, Jordan masih melayang, seperti berhenti di udara. Semua orang tahu Jordan bisa "terbang". Di udara, Jordan menggenggam bola, seolah menunggu Ehlo turun.

Begitu mata Jordan melihat keranjang dengan jelas, ia melepas tembakan. Waktu di papan menunjukkan angka 0, tapi bola masih melayang dan kita semua tahu, Bulls akhirnya melaju ke babak berikutnya.

Penonton yang tadinya bersorak, seketika menjadi hening. Gadis-gadis cheerleaders Cavaliers menghentikan tariannya, digantikan Michael Jordan dan tim Chicago yang kegirangan.

Saat itulah julukan "The Shot" lahir, nama yang juga disematkan pada sepatu Nike Air Jordan 4 yang dikenakan sang bintang.

Air Jordan 4 The Shot rancangan Tinker Hatfield pertama kali dirilis pada Februari 1989. Sneakers ini memiliki 4 pilihan warna yakni Black/Cement Grey, White/Black, White/Fire Red dan Off White/Military Blue.

Logo Jumpman diletakkan di lidah, logo Nike Air di tumit, dengan gelembung udara di midsole, seperti AJ 3 yang juga dirancang Hatfield.

Air Jordan 4 dirancang agar secara performa bisa mendukung permainan, namun juga terlihat keren di lapangan. Karenanya dalam pembuatannya, Hatfield melibatkan Michael Jordan dan mendengar masukannya.

Gaya yang paling mencolok adalah penambahan lapisan jaring jaring uretan untuk membuat sepatu ini breathable, serta lubang tali yang membuat kita bisa mengikat tali sepatu dengan 18 cara berbeda.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com