Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/05/2019, 21:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Obsesi para pria untuk memiliki ukuran Mr.P alias penis yang besar bisa membuat mereka melakukan hal-hal yang nekat. Salah satunya adalah prosedur pembesaran ukuran.

Memang secara medis ada beberapa cara, baik lewat bedah atau non-bedah untuk menambah ukuran, tapi ternyata menurut penelitian prosedur tersebut tak efektif dan berisiko tinggi.

Riset telah diterbitkan dalam jurnal Sexual Medicine Reporting ini dilakukan oleh tim ahli urologi di rumah sakit King's College di London dan peneliti di Institute of Psychiatry, Psychology and Neuroscience di King’s College London.

Selain ukuran penis tidak lebih besar, pasien yang melakukan tindakan itu juga beresiko komplikasi parah, seperti mati rasa permanen, kelainan bentuk penis, penis mengecil dan disfungsi ereksi.

Sebagian besar pria juga merasa tak puas dengan prosedur tersebut.

Dalam riset ini, peneliti mengulas 17 studi dengan total analisis peserta 1.192 pria yang telah menjalani prosedue bedah atau non-bedah untuk meningkatkan ukuran penis mereka. 

Perawatan non- bedah yang dilakukan pria untuk memperbaiki simbol kejantanan mereka antara lain extender, injeksi untuk meningkatkan ketebalan dan pompa vakum, yang juga digunakan untuk mengobati disfungsi ereksi.

Baca juga: Scrotox, Tren Botox untuk Memperindah Simbol Kejantanan

Sementara itu, prosedur bedah antara lain sayatan suspensory ligament (teknik augmentasi yang diklaim populer dalam riset ini), cangkok jaringan dan pembongkaran penis.

Total ada 21 prosedur pembesaran penis yang diteliti efektivitas dan dampaknya.

Mereka yang melakukan prosedur pembesaran penis biasanya orang dengan kondisi psikologis yang disebut "penis dysmorphia". Mereka menganggap penisnya kecil, padahal ukurannya rata-rata.

Berdasarkan tinjauan, peneliti menyimpulkan semua prosedur untuk meningkatkan bentuk penis mengandung risiko tinggi dan tidak memberi hasil yang efektif.

Hanya sedikit penelitian dengan bukti berkualitas rendah yang mendukung prosedur pembesaran ukuran penis.

Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar para pria melakukan konseling terstruktur. Prosedur extender biasanya masih digunakan oleh mereka yang masih ingin meningkatkan ukuran penis.

Menurut peneliti, injeksi dan pembedahan harus dianggap sebagai pilihan terakhir dan dianggap "tidak etis" ketika dilakukan di luar uji klinis.

Baca juga: Benarkah Ukuran Mr.P Bisa Dilihat dari Bentuk Tangan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com