Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/05/2019, 14:21 WIB
M Latief

Editor

KOMPAS.com - Enam bulan belakangan Sobirin (37) terlihat lebih segar. Selain badannya lebih gemuk, wajahnya juga tak lagi pucat dan kuyu.

Sebelumnya, lantaran menderita asma, kondisi fisik Sobirin tampak kurang baik. Selain berulang kali masuk rumah sakit untuk mengikuti rawat inap, bobot tubuhnya juga terus menurun.

"Pokoknya, kalau capek atau kena debu sedikit saja, pasti kambuh sesaknya, batuk-batuk. Pasti harus istirahat lagi di klinik atau rumah sakit. Tapi, sejak rutin minum susu kambing, sudah jauh lebih mendingan kondisi saya. Fit terus sekarang," kata Sobirin saat buka bersama dan peluncuran produk susu kambing RBM di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (17/5/2019).

Selain tetap berolahraga dan minum obat, lanjut Sobirin, dia makin rutin minum susu kambing pagi dan malam hari. 

"Tapi, sebulan ini bahkan saya sudah tak lagi minum obat apapun, cuma susu saja," ujarnya.

Terkait itulah, chairmanDos Ni Roha (DNR) Corporation, Rudy Tanoesoedibjo, mengaku serius menggarap bisnis susu kambing dalam bentuk susu bubuk. Menurut dia, banyak masyarakat belum tahu manfaat tinggi susu kambing dibandingkan susu sapi.

Untuk penderita asma dan TBC misalnya, susu kambing mengandung fluorin tinggi dengan kadar 10-100 kali lebih tinggi dibandingkan susu sapi. Unsur ini merupakan antiseptik alami yang mengandung elemen pencegah tumbuhnya bakteri TBC, selain juga meningkatkan daya tahan tubuh dan menekan aktivitas pertumbuhan bakteri.

"Jadi, selain ada obat-obatan yang berunsur kimiawi, susu kambing adalah obat nonkimiawi. yaitu mengkonsumsi susu kambing secara teratur, disertai pengobatannya secara medis. Susu kambing itu baunya aja yang dianggap tidak enak, tapi orang tak paham manfaatnya," kata Rudy.

Susu kambing juga mengandung natrium tinggi. Terkait penyakit asma atau TBC, salah satu pemicunya adalah malnutrisi. Dengan pemberian susu kambing secara rutin setiap hari, natrium yang terdapat di dalamnya berfungsi menghambat malnutrisi itu.

Untuk mendorong pemahaman orang akan susu kambing itulah, lanjut Rudy, dia berani menjadi perusahaan yang mendistribusi susu bubuk ini. DNR Corporation akan memanfaatkan lebih dari 300 jaringannya di seluruh Indonesia untuk menyebarkan susu kambing tersebut.

Dia mengakui, dibandingkan susu sapi, susu kambing memang belum banyak diminati karena tidak populer. Hal itu terjadi karena ada stigma kambing sebagai hewan yang bau sehingga butuh kerja keras untuk memasarkan produknya.

"Rumah produksinya sudah ada di Tegal, Jawa Tengah. Ke depannya, jika pasar sudah teredukasi dengan baik, kami akan masuk ke produk susu cair (UHT) dan produk kosmetik dari susu kambing," tambah Rudy.

Dia berharap, susu kambing yang mengandung lebih sedikit laktosa daripada susu sapi, makin dikenal masyarakat. Susu ini dapat menjadi pilihan mereka yang sensitif terhadap laktosa, sebab kandungan laktosa (gula susu) lebih rendah dibandingkan susu sapi sehingga aman untuk pencernaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com