Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekalipun Marah, Jangan Pernah Pukul Bokong Anak...

Kompas.com - 02/06/2019, 18:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Memukul bokong mungkin menjadi salah satu kebiasaan turun temurun yang dilakukan sebagian orangtua ketika anaknya nakal.

Ternyata, berdasarkan sejumlah studi tentang pengembangan anak, kebiasaan tersebut sudah seharusnya dihentikan, karena berbahaya.

Bahkan, Akademi Ilmu Kesehatan Anak Amerika Serikat (AAP) telah mengeluarkan pernyataan tegas tentang hal itu.

Sebuah riset yang dilakukan lebih dari 20 tahun lalu mengungkap, memukul bokong anak bisa meningkatkan sifat agresi dan tidak efektif untuk mengubah perilaku anak.

Hal itu disertai data dari sejumlah studi yang mengungkap, anak-anak yang sering dipukul bokongnya oleh orangtua akan cenderung lebih gemar menentang.

Mereka pun berpotensi menunjukkan perilaku agresif di usia prasekolah dan sekolah, berpotensi meningkatkan risiko penyakit kesehatan mental, hingga penurunan kepercayaan diri.

Baca juga: 11 Tips untuk Menghindari Kehilangan Anak Saat Berlibur

Dokter anak Karen Estrella, mengungkapkan, memukul bokong mungkin akan memunculkan rasa takut dalam diri anak ketika hal itu berlangsung.

Namun perlakuan tersebut sesungguhnya tidak akan bisa mengubah perilaku anak menjadi lebih baik untuk jangka waktu panjang.

Sering, memukul bokong seolah menormalisasi tindakan pemukulan yang akan memicu perilaku agresif, sehingga konflik antara anak dan orangtua lebih berpotensi muncul.

"Anak-anak memandang orangtua sebagai role model. Sehingga perilaku agresif hanya akan mengeneralisasi lebih banyak perilaku negatif terhadap anak," kata Estrella.

Dalam pernyataan yang sama, AAP juga mengimbau untuk tidak dilakukan pelecehan verbal, menjelaskan kepada anak dengan berteriak dan hinaan.

Juga, jangan mempermalukan anak juga bisa memicu perkembangan otak yang negatif.

"Riset menunjukkan bahwa anak yang terpapar stres racun bisa mengalami masalah pada bagian kapasitas kognitifnya di kemudian hari," ujar Estrella.

Pola asuh produktif-disiplin

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com