Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Diet dan Olahraga Tapi Tetap Gemuk, Bisa Jadi karena Faktor Gen

Kompas.com - 26/06/2019, 06:53 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Diet membatasi kalori atau makanan tertentu menjadi syarat untuk menurunkan berat badan. Namun, tak sedikit orang mengeluhkan berat badannya tak kunjung turun meski sudah diet ketat dan olahraga.

Sebaliknya, ada orang yang makannya tidak diatur namun tubuhnya selalu langsing.

Contoh tersebut hanyalah sedikit dari banyaknya kasus yang menunjukkan bahwa faktor genetika (DNA) sangat berpengaruh terhadap kesehatan serta bagaimana tubuh merespons nutrisi dan kebiasaan olahraga.

Ilmu yang mempelajari hubungan keduanya disebut nutrigenomik.

"Ini bisa menjadi pendekatan untuk menerapkan pola hidup sehat berbasis genetik," kata Product Specialist Laboratorium klinik Prodia, Siska Darmayanti, S.Si, M. Farm pada acara SOGO Department Store anniversary di Plaza Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (25/6/2019).

Dengan melakukan tes genetik, kita bisa mengetahui pola makan dan olahraga yang sesuai dengan gen kita sehingga pola hidup yang diterapkan lebih efektif bagi kesehatan.

Lebih jauh, menerapkan pola makan dan olahraga yang tepat bagi diri kita secara personal bisa menjauhkan kita dari munculnya penyakit tidak menular, di antaranya obesitas, diabetes, penyakit metabolik, dan lainnya.

Di Indonesia, nutrigenomik menurut Siska masih sangat baru dan belum semua dokter gizi klinik menerapkannya.

Untuk melakukan tes ini, kita cukup melakukan pengambilan sampel darah di laboratorium, sekitar 3 ml. Kemudian, gen terkait nutrisi dan olahraga kita akan dideteksi.

Karena bukan pemeriksaan yang bersifat diagnosis, maka pemeriksaan ini bisa dilakukan dalam kondisi apapun.

Baca juga: Apakah Faktor Genetik Berpengaruh pada Kemampuan Atletik Seseorang?

Jika contoh darah diambil ketika individu dalam keadaan sehat, berarti tes dilakukan untuk mendapatkan kondisi kesehatan yang lebih optimal.

Sementara jika diambil dalam kondisi individu sudah mengalami sindrom metabolik (misalnya hipertensi dan obesitas) berarti tes dilakukan untuk mendapatkan kesehatan yang lebih baik dengan pengaturan makan dan olahraga yang tepat.

"Jadi memang bisa dalam kondisi apapun, bisa diambil kapan pun, tidak perlu puasa, karena periksanya DNA, yang tidak berubah," tutur Siska.

Di Prodia sendiri, nutrigenomik memerlukan biaya sekitar Rp 7 juta. Namun, tes ini hanya perlu dilakukan satu kali seumur hidup.

"Pemeriksaan DNA atau nutrigenomik hanya dilakukan sekali seumur hidup, jadi tahu base line secara genetik bagaimana dan bisa memeriksakan lebih dari 50 gen untuk 75 variasi genetik," katanya.

Baca juga: Sebabkan Obesitas, Mengapa Masih Banyak Orang Menyukai Makanan Olahan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com