Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Beauty Bullying, dan Bagaimana Menghentikannya

Kompas.com - 30/07/2019, 08:39 WIB
Wisnubrata

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai pengguna media sosial kita mungkin pernah mengomentari lekuk tubuh atau kecantikan dari seseorang. Sifat komentar-komentar itu bisa positif ataupun negatif.

Sayangnya, banyak dari pengguna medsos cenderung nyinyir dalam mengomentari penampilan orang lain.

Nah, menurut Psikolog Klinis Nuran Abdat, jika kita memberi komentar yang menyindir, mengejek, dan mengintimidasi dalam ranah kecantikan, entah wajah atau body shaming, maka hal tersebut masuk ke dalam kategori Beauty Bullying.

“Tindakan ini rata-rata dilakukan oleh perempuan terhadap perempuan. Padahal mestinya kan sekarang zamannya woman support woman atau girls support girls, tapi kok ternyata kita justru menghancurkan satu sama lain,” kata Nuran dalam kampanye inisiatif #STOPBeautyBullying bersama Lux di Jakarta (29/7/2019).

Dampak-dampak yang di alami oleh korban Beauty Bullying sangat beragam, seperti kepercayaan diri yang menurun, depresi, atau menjauhkan diri dari lingkungan, bahkan parahnya bisa sampai muncul keinginan untuk bunuh diri.

Baca juga: Wanita Lakukan Ini Jika Alami Bully di Media Sosial

Oleh karena itu Nuran bersama Lux mengajak setiap orang untuk melawan dan menghentikan Beauty Bullying.

Bagaimana caranya? Yang pertama, kenali diri sendiri, karena setiap karakter orang berbeda-beda. Kita dianjurkan tidak terus menerus membandingkan diri dengan orang lain.

Lalu kedua lakukan informing, berbicaralah kepada diri sendiri, untuk memahami bahwa perbedaan itu wajar, bahwa cantik itu berbeda di setiap sudut pandang orang. Ini bertujuan agar kita tidak selalu menganggap diri kita masih kurang, karena hal itu relatif.

Lalu yang ketiga, kita haruslah peduli dengan diri sendiri atau mencintai diri sendiri, misalnya dengan melakukan perawatan tubuh, ganti style dalam berpakaian, berdandan, atau membuat diri kita bahagia.

Lalu yang terakhir kita pun harus selektif dalam bergaul. Lebih baik memilih lingkungan atau komunitas yang positif, yang memberi kita semangat dan nilai-nilai yang baik, daripada bergaul dengan mereka yang penuh kebencian dan iri hati.

“Kita nggak perlu berteman dengan seribu orang di medsos tetapi mereka malah mem-bully atau menjatuhkan kita,” ujar Nuran. (Nishya Gavrila)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com