Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/08/2019, 20:53 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Alasan utama seseorang mencari pasangan adalah supaya tidak kesepian, punya soulmate yang selalu siap mendengarkan dan menenangkan, hidup bahagia selamanya.

Sayangnya, cukup banyak orang yang sebenarnya merasa kesepian dalam hubungannya atau pernikahannya. Punya pendamping tapi seperti berjalan sendiri.

Psikoterapis dan penulis buku psikologi, Kathy McCoy, Ph.D, mengatakan, dalam karirnya sebagai terapis ia banyak menemui pasangan yang akhirnya berpisah karena kondisi tersebut.

Survei Pew Research tahun 2018 menemukan, 28 persen orang yang merasakan ketidakpuasan dalam pernikahannya mengaku merasa kesepian.

Kesepian adalah perasaan yang menyeramkan. Kita akan merasa tidak didengar, tidak diliha, atau tidak dicintai. Kita mungkin merasa pendapat, mimpi, dan pengalaman kita tak berarti bagi pasangan.

“Hubungan yang menyebabkan kesepian bisa membuat hidup jauh dari bahagia, masing-masing bergerak ke arah berlawanan, saling mengisolasi diri karena ingin menghindari perasaan sakit jika bersama,” kata McCoy.

Baca juga: Mencegah Salah Paham Komunikasi dengan Pasangan

Walau demikian, kondisi itu bukannya mustahil untuk diubah. Dari pengalaman McCoy, ia memberikan beberapa saran:

- Jangan menyalahkan, tapi lihat ke dalam
Evaluasi lagi harapan kita dan tindakan yang sudah dilakukan. Kita bertanggung jawab pada emosi yang kita rasakan dan bukan selalu menyalahkan pasangan untuk setiap hal yang terasa tidak benar di dunia ini.

“Perasaan cinta yang menggebu dan kebahagiaan tidak akan selalu ada setiap hari. Bahkan pada pasangan yang penuh cinta pun akan muncul ketidaksepahaman. Akan ada waktu untuk berjarak dan kembali lagi bersama dengan lebih bahagia,” katanya.

Pahami pula bahwa kesepian yang dirasakan bisa juga merupakan gejala depresi atau kita memang punya faktor genetik. Ketahui dengan cara melihat polanya dari hubungan-hubungan kita terdahulu. Apakah tetap merasa kesepian meski pasangan selalu menunjukkan cintanya? Jika iya, mungkin rasa kesepian itu terkait genetic atau ada depresi yang tidak disadari.

Baca juga: Gampang Marah, Gejala Depresi yang Jarang Diketahui

- Ungkapkan pada pasangan
Bersikaplah terbuka dan biarkan ia mengetahui apa yang kita rasakan dan butuhkan, tanpa menyalahkan. Ini merupakan kunci untuk komunikasi yang produktif. Cobalah bicarakan untuk mencari perubahan yang bersifat positif, seperti lebih sering mengungkapkan rasa terima kasih dan rasa cinta.

- Sadari bahwa perubahan dan trasisi bisa memicu rasa tidak nyaman
Perubahan, bahkan yang membahagiakan, seperti kelahiran bayi, bisa berdampak pada hubungan kita dengan pasangan.

Perubahan lain misalnya promosi jabatan yang membuat kepuasan pribadi meningkat, namun lebih sulit menyeimbangkan waktu antara keluarga dan pekerjaan. Dibutuhkan adaptasi dan toleransi agar semuanya berjalan lancar.

- Minta bantuan profesional
Jika kondisi dan perasaan itu tidak juga berubah, jangan ragu meminta bantuan profesional seperti mengikuti konseling pernikahan. Jika perasaan berjarak dan kesepian ini dibiarkan, kita bisa berhenti berkomunikasi dengan pasangan secara mendalam.

Baca juga: 10 Bahaya bagi Kesehatan di Balik Rasa Kesepian

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com