Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Apa yang Kita Makan Berpengaruh pada Suasana Hati?

Kompas.com - 30/08/2019, 07:15 WIB
Bestari Kumala Dewi

Editor

KOMPAS.com - Ungkapan “Kamu adalah yang kamu makan” tampaknya bukan isapan jempol semata. Studi terbaru mengungkapkan, bahwa apa yang kita makan tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik kita, tapi juga memengaruhi kondisi emosi kita.

Beberapa penelitian juga menunjukkan, jenis makanan yang kita konsumsi dapat menentukan seberapa besar kemungkinan kita untuk mengalami atau tidak mengalami depresi.

“Penelitian menunjukkan, apa yang kita makan memengaruhi suasana hati kita,” kata Umadevi Naidoo, direktur Psikiatri Nutrisi dan Gaya Hidup di Massachussets General Hospital, Boston.
Studi yang diterbitkan dalam European Journal of Nutrition dan Psychosomatic Medicine Journal mempresentasikan kesimpulan yang sama.

Studi-studi ini menyimpulkan, bahwa mengonsumsi makanan nabati dan kaya serat menurunkan kemungkinan mengalami depresi.

Baca juga: Agar Apa yang Kita Makan Bikin Bahagia

Luasnya pilihan makanan yang bisa memengaruhi suasana hati kita masih sulit untuk ditentukan, tetapi pola depresi tidak tampak terulang ketika makan makanan sehat muncul dalam penelitian yang dilakukan.

Para peneliti percaya bahwa usus kita entah bagaimana terhubung ke otak kita, sehingga memengaruhi suasana hati kita.

Dalam sebuah studi terpisah yang diterbitkan dalam Nature Microbiology, sekitar 2.000 orang dewasa diperiksa mikrobioma mereka. Hasilnya, bahwa mereka yang menunjukkan tanda-tanda depresi, kekurangan bakteri baik di perut mereka.

“Kami tahu bahwa bakteri baik di usus Anda menghasilkan banyak neurotransmiter yang terlibat dalam suasana hati, seperti norepinefrin dan asam gamma-aminobutirat (GABA),” kata Dr. Drew Ramsey, penulis Eat Complete yang berbasis di New York.

Baca juga: Terus Makan Meski Kenyang? Mungkin Kamu Mengidap Binge Eating

Penelitian sebelumnya, telah secara konsisten menunjukkan bahwa makan makanan olahan menyebabkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kadar kolesterol tinggi, gula darah, dan masalah metabolisme lainnya.

Menurut sebuah studi yang dirilis dalam European Journal of Nutrition, orang yang mengonsumsi makanan ultra-olahan berisiko tinggi mengalami depresi, tercatat ada perbedaan 33 persen dibandingkan mereka yang mngonsumsi makanan ultra olahan dalam jumlah sedikit.

"Makanan ini cenderung lebih rendah nutrisi penting, seperti asam lemak omega-3 dan vitamin B yang memainkan peran penting dalam kesehatan otak," kata Samantha Heller, R.D., seorang ahli gizi yang berbasis di New York.

Consumer Reports mengatakan, bahwa makanan yang diproses umunya sangat minim serat, tidak seperti makanan yang berasal dari bahan alami.

Itu menunjukkan, bahwa mengonsumsinya dapat membuat suasana hati kita menurun.

Baca juga: 7 Hal yang Perlu Dipahami Sebelum Pilih Pola Makan Vegan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com