Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Rasisme Bukan Penyebab Utama Rusuh di Papua, tapi Pemicu...”

Kompas.com - 02/09/2019, 12:34 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dugaan tindakan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur berbuntut panjang.

Ribuan orang berdemo di Papua dan berakhir rusuh. Massa yang diselimuti rasa marah melakukan perusakan dan pembakaran di sejumlah tempat di Papua.

Ada kantor Majelis Rakyat Papua, kantor Telkom, Kantor Pos, dan SPBU di samping kantor BTN di Jalan Koti, Jayapura, yang menjadi korban amarah massa.

Tidak hanya itu, kemarahan para demonstran juga dilampiaskan dengan cara melemparkan batu ke arah kantor-kantor dan hotel di Jayapura.

Baca juga: Coba Simak, 9 Teknik Cerdik Kendalikan Rasa Marah

Menanggapi kondisi ini, Pengamat Psikologi Sosial Universitas Padjadjaran (Unpad), Sri Rahayu Astuti menilai, rasisme yang terjadi di Jawa Timur bukan penyebab utama kericuhan di Papua.

“Rasisme bukan penyebab utama, tapi pemicu,” ujar Sri saat dihubungi Kompas.com, Minggu (1/9/2019).

Sri mengatakan, sebagian orang Papua mungkin ada yang menyimpan kekecewaan dan memiliki sentimen negatif terhadap etnis lain, atau bahkan mungkin Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menurut Sri, bisa jadi kekecewaan tersebut selama ini tidak terlihat. Hingga ada pemicu kejadian di Surabaya yang di-blow-up sedemikian rupa.

“Begitu ada yang menyulut, meledaklah semua,” ungkap Sri.

Baca juga: Sekalipun Marah, Jangan Pernah Pukul Bokong Anak...

Disampaikan Sri, kekecewaan yang menumpuk bisa memicu emosi yang berbeda. Pertama, menarik diri dari lingkungannya.

Kedua, memicu emosi negatif seperti marah, dan berperilaku agresif seperti perusakan barang ataupun perilaku destruktif lain.

Emosi sifatnya menular. Ketika seseorang yang senasib dan menilai dirinya memiliki kesamaan dengan yang orang yang disakiti, dia akan ikut marah dan memihak kepada orang tersebut.

“Begitu juga dengan (kasus) Papua. Emosi itu memang menular,” ungkap dia.

"Virus" kepedulian

Massa yang tergabung dalam Mahasiswa Papua Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme dan Militerisme membentangkan poster saat menggelar unjuk rasa di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (22/8). Dalam aksi tersebut mereka mengutuk pelaku pengepungan asrama Papua di Surabaya serta mendesak untuk menangkap dan mengadili aktor intelektual di balik peristiwa tersebut. dok BBC Indonesia Massa yang tergabung dalam Mahasiswa Papua Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme dan Militerisme membentangkan poster saat menggelar unjuk rasa di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (22/8). Dalam aksi tersebut mereka mengutuk pelaku pengepungan asrama Papua di Surabaya serta mendesak untuk menangkap dan mengadili aktor intelektual di balik peristiwa tersebut.
Menurut Sri,yang harus dilakukan saat ini adalah menyebarkan virus kepedulian terhadap orang lain, baik itu pada orang yang berbeda agama, ras, suku, bahasa.

Idealnya, virus tersebut diajarkan sejak dini di lingkungan keluarga.

Baca juga: Benarkah Orang dengan Tekanan Darah Tinggi Gampang Marah?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com