Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/09/2019, 11:11 WIB
Wisnubrata

Editor

KOMPAS.com – Munculnya rasa sakit membuat tubuh terasa lemah dan memicu frustrasi, karena rasa nyeri dapat mengganggu istirahat, pekerjaan, aktivitas, bahkan mengacaukan momen penting bersama keluarga dan teman.

Sensasi tidak menyenangkan ini terjadi akibat cedera atau gangguan otot pada jaringan tubuh, berlanjut pada reaksi fisik dan emosional. Meski terkadang rasa sakit juga muncul untuk melindungi tubuh dari bahaya.

Nyeri biasanya diklasifikasikan menjadi nyeri akut dan kronis. Nyeri akut adalah reaksi tubuh yang wajar terhadap cedera sebagai sistem peringatan dini saat cedera terjadi. Rasa sakit pada nyeri akut ini tidak berlangsung lama. Sementara rasa sakit pada nyeri kronis bertahan lebih lama, bisa berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Upaya pengobatan rasa nyeri bervariasi, tergantung penyebab dan kondisi kesehatan seseorang. Oleh sebab itu perlu pemahaman yang lengkap terhadap jenis-jenis nyeri, klasifikasi serta penanganan yang benar.

Salah satu penanganan nyeri adalah pain management yang didasari bukti empiris dari hasil penelitian atau evidence based, sehingga penanganannya bisa efektif.

Moh. Ali Imron, Ketua Umum Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) mengatakan, “Secara sederhana, pain management adalah metode-metode untuk mencegah, mengurangi, dan menghentikan sensasi nyeri. Ada dua metode yang bisa dipakai baik melalui penggunaan obat-obatan (analgesik) dan Fisioterapi”.

Ali mengatakan dengan pain management yang benar maka nyeri dapat berkurang dan bahkan hilang. Sehingga kualitas hidup seseorang dapat meningkat.

Perawatan nyeri juga dapat diklasifikasikan dalam perawatan non-medis atau medis. Perawatan medis menggunakan obat-obatan atau suplemen untuk mengurangi rasa sakit (analgesik).

Namun, ada yang memilih cara alami tanpa obat-obatan untuk meredakan rasa sakit, seperti peregangan, aplikasi panas atau es.

Sementara ada juga yang mencari pengobatan alternatif seperti akupunktur, akupresur, chiropraktik, dan pijat, serta terapi yang melibatkan perangkat elektronik seperti TENS atau transcutaneous electrical nerve stimulation, seperti yang dikeluarkan brand kesehatan asal Jepang, Omron.

Terapi ini disebut juga terapi electrothermal karena menggunakan stimulasi listrik untuk meredakan rasa sakit dalam jangka pendek.

“Salah satu keunggulan TENS adalah alat ini sangat cocok bagi masyarakat yang cenderung memiliki aktivitas tinggi di pekerjaannya atau yang tetap ingin beraktivitas terus-menerus, meski tubuhnya dilanda rasa nyeri", kata Moh. Ali Imron.

"Studi menyatakan intensitas stimulasi pada titik nyeri adalah faktor yang sangat penting untuk mendapatkan efektivitas TENS, selain bahwa alat ini aman, terjangkau harganya, dan bisa digunakan bersama dengan perawatan nyeri lainnya."

Terapi TENS dipusatkan pada alat yang dioperasikan dengan baterai untuk menghasilkan arus listrik bertegangan rendah dan elektroda yang direkatkan pada kulit. Pengguna akan merasakan sensasi kesemutan di titik tersebut.

Arus listrik akan meredakan rasa sakit melalui sinyal yang dikirim ke sumsum tulang belakang dan otak. Rasa nyeri akan berkurang dan otot-otot pengguna lebih rileks.

Ada kemungkinan mesin ini juga merangsang produksi endorfin, pereda rasa sakit alami dalam tubuh manusia.

TENS dapat membantu meredakan rasa sakit yang terkait dengan berbagai kondisi, seperti radang sendi, nyeri haid, dan nyeri panggul yang disebabkan oleh endometriosis, nyeri lutut, sakit leher, sakit punggung, cedera olahraga dan terkadang mengurangi nyeri persalinan.

Pengguna dapat memperoleh alat ini secara bebas, namun akan lebih baik bila berkonsultasi terlebih dulu dengan Dokter atau Fisioterapis sebelum menggunakannya.

"TENS adalah pilihan bagi dunia yang bergerak cepat seperti saat ini karena mudah digunakan dan bebas kapan pun diaplikasikan, di mana pun, dan oleh siapa pun,” kata Moh. Ali Imron.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com