BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Sun Life Insurance

Orang Sibuk Rentan Sakit? Mitos atau Fakta

Kompas.com - 04/10/2019, 12:05 WIB
Hotria Mariana,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Radit (35) masih terjaga di depan layar komputer jinjingnya, padahal waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari.

Saat itu tinggal Radit seorang diri. Koleganya yang lain sudah pulang sejak tadi. Ia memutuskan lembur lantaran harus menyiapkan materi pitching untuk meeting dengan klien pagi nanti.

Baginya, kerja lewat batas waktu seperti itu bukanlah kali pertama. Kurang istirahat dan tak jarang melewatkan waktu makan sudah sering ia alami.

Jabatannya sebagai kepala pemasaran perusahaan iklan ternama di Jakarta, membuat ia terbelenggu dengan gaya hidup sibuk seperti itu,

Dengan posisi dan tanggung jawab yang semakin besar, pria lajang tersebut pun tak keberatan bila terpaksa harus lembur.

Toh, kerja kerasnya pun selalu terbayarkan. Selain gaji bulanan, ternyata ia juga mendapat bonus dari sang atasan tiap kali ia berhasil mendatangkan klien untuk perusahaannya.

‘Kerja keras bagai kuda’ seperti yang Radit lakukan memang baik. Dengan begitu tak menutup kemungkinan kesuksesan lainnya pun akan mengikuti.

Namun, di balik kesibukan tokoh ilustrasi di atas, ada satu pertanyaan. Bagaimana cara mengatur keseimbangan antara kesibukan pekerjaan dengan kesehatan?

Pasalnya, ada anggapan kalau orang sibuk rentan mengalami masalah kesehatan, seperti yang diungkapkan profesor Mika Kivimaki dari University College London di laman The Guardian, Rabu (14/7/2017).

Kivimaki mengatakan, pekerja yang memiliki jam kerja terlalu lama setiap minggunya, yaitu di atas 55 jam per minggu, berisiko menderita gangguan jantung atau fibrilasi atrial.

Hal tersebut didasari atas kebiasaan pekerja yang menghabiskan waktu lebih banyak di tempat kerja, hingga kadang abai akan kesehatannya.

Namun, penelitian terbaru dari INSEAD, Temple University, dan Hong Kong University of Science and Technology yang dilansir Kompas.com, (14/11/2018) menampik anggapan tersebut.

Hasil riset yang dimuat dalam Journal of Consumer Research tersebut menunjukkan, orang sibuk justru lebih peduli dengan hidup sehat.

Selain kesehatan, para peneliti juga menemukan bahwa orang sibuk lebih baik dan bijak dalam soal pekerjaan dan tabungan masa pensiun.

Makin sibuk makin bijak dengan kesehatan

Soal kecenderungan orang sibuk berpikir lebih bijak, salah satu tim peneliti dari riset di atas yaitu Prof. Amitava Chattopadhyay mengatakan, hal tersebut adalah wajar.

Itu terjadi karena mereka memiliki waktu untuk mengevaluasi diri sendiri. Dari situ, lahirlah keputusan-keputusan bijak yang berguna bagi dirinya.

Misal untuk kesehatan, orang sibuk tentu tidak ingin dirinya sakit. Sebab, bila terjadi, itu akan menganggu pekerjaanya.

Lebih mudahnya, Cattopadhyay memberikan contoh seorang suami yang sibuk bekerja. Dibanding harus membeli makan di luar, ia lebih memilih membawa bekal buatan istrinya.

Bukan hanya berhemat, faktor kebersihan dan kesehatan menjadi alasan kuat untuk tetap membawa bekal makan siang dari rumah.

Chattopadhyay menambahkan, dengan membawa bekal sang suami tidak perlu repot-repot pergi ke kantin. Ia bisa menyantap makanan di meja kerjanya sembari meneruskan pekerjaan.

Fakta lain dari penelitian di atas juga menemukan, padatnya aktivitas menjadikan orang sibuk lebih pandai mengatur waktu. Ini didasari dengan kemampuan mereka mengatur skala prioritas.

Selain itu, mereka yang sibuk ternyata lebih mampu mengontrol diri dengan baik. Mulai dari pola hidup sehat, olahraga, hingga simpanan untuk masa tua.

Hal tersebut dilandasi pertimbangan-pertimbangan bijak, seperti memilih pergi ke gym usai bekerja atau langsung pulang agar bisa bersantai, atau menghemat uang untuk pensiun atau menggunakannya untuk traveling guna melepas penat.

ilustrasi olahraga sebagai bentuk pola hidup sehatShutterstock ilustrasi olahraga sebagai bentuk pola hidup sehat

Kesehatan di atas segalanya

Kembali pada kisah Radit, bukanlah hal aneh bila seseorang bekerja dengan sangat keras hanya untuk mendapatkan uang demi terpenuhinya kebutuhan hidup.

Meski begitu, bukan berarti Anda bisa abai terhadap kesehatan. Pasalnya, tanpa jasmani yang sehat Anda tidak akan dapat bekerja secara produktif. Itulah mengapa antara pekerjaan dan kesehatan tubuh haruslah seimbang.

Selain itu, percaya atau tidak, hidup sehat ternyata memiliki pengaruh langsung terhadap keuangan Anda.

Ambil saja contoh bila Anda jatuh sakit. Pada kondisi tersebut uang diperlukan untuk membayar biaya pengobatan serta perawatan.

Belum lagi jika penyakit yang menyerang bersifat kronis. Kalau sudah begitu, tak jarang aset, tabungan, atau harta benda harus terjual guna membayar biaya berobat.

Maka dari itu, menanamkan kesadaran diri akan kesehatan juga perlu dilakukan. Misalnya, mengatur waktu untuk menerapkan pola hidup sehat seperti berolahraga selama 30 menit tiap harinya.

Tak cukup sampai di situ. Anda pun perlu memberikan proteksi tambahan, salah satunya dengan memiliki asuransi kesehatan.

Pasalnya, tak jarang sekuat apapun seseorang menerapkan pola hidup sehat, risiko penyakit masih tetap ada.

Sekarang ada berbagai jenis asuransi kesehatan, salah satunya Sun Medical Platinum yang memberikan perlindungan kesehatan secara lengkap hingga usia 88 tahun.

Biaya pertanggungannya sampai dengan Rp 7,5 miliar. Angka ini sudah termasuk perawatan berbiaya besar seperti, perawatan di Intensive Care Unit (ICU), operasi, cuci darah, dan perawatan kanker.

Di samping itu, produk asuransi tersebut menjadi polis kesehatan pertama di Indonesia yang menyediakan perawatan untuk efek samping kemoterapi dan terapi pendukung pemulihan, seperti terapi wicara serta terapi okupasi.

Sekalipun misalnya sakit dan mengharuskan berobat ke luar negeri, Sun Medical Platinum ini sudah didukung jaringan rumah sakit rekanan di seluruh dunia.

Anda pun tak perlu khawatir, asuransi tersebut juga memberikan layanan evakuasi medis domestik dan internasional selama 24 jam penuh.

Bagaimana? Dengan manfaat yang diberikan tersebut, Anda tak perlu khawatir soal biaya pengobatan.

Jadi kapan Anda mulai berasuransi? Ingat, dengan tubuh sehat maka finansial juga akan terjaga. Sebab sehat itu aset. Untuk info lebih lanjut, silakan cek di sini.

 

Baca tentang

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com