Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/10/2019, 11:12 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Program bayi tabung (In Vitro Fertilization/IVF) memang membutuhkan biaya cukup mahal. Tak heran bila pasangan yang mengikuti program ini ingin langsung memiliki bayi kembar.

Kemungkinan memiliki bayi kembar dari program IVF memang tinggi karena biasanya ada dua embrio yang diimplan dokter ke dalam rahim.

Jika kedua embrio sehat dan bisa menempel dengan baik maka selanjutnya akan tumbuh menjadi janin yang juga sehat.

Walau begitu, sebenarnya kehamilan kembar memiliki risiko yang lebih besar. Itu sebabnya dokter lebih merekomendasikan penanaman satu embrio saja ke rahim.

"Kehamilan kembar punya tendensi lahir prematur dan juga angka komplikasinya besar," kata dr.Ivan Sini Sp.OG dalam acara temu media yang diadakan oleh klinik Morula IVF Jakarta, Selasa (8/10).

Ia menjelaskan, risiko lahir prematur terjadi karena rahim tidak cukup menampung lebih dari satu janin, suplai makanan yang tidak memadai untuk dua janin, hingga risiko twin-to-twin transfusion syndrome.

"Di Morula IVF, saat ini angka kelahiran kembar sudah ditekan. Rata-rata embrio yang diimplan sekitar 1.4," kata CEO Morula IVF Indonesia itu.

Baca juga: Kasus Irish Bella, Kenali 9 Komplikasi Pada Hamil Kembar

Ditambahkan oleh Scientific Director Morula IVF, Prof.Arief Boediono PhD, dalam proses IVF, bisa saja pembuahan akan menghasilkan lebih dari dua embrio. Namun, yang diimplan cukup satu.

"Sisa embrionya bisa disimpan atau dibekukan, nanti jika ingin menambah anak, tinggal diimplan lagi ke rahim ibu," paparnya.

Saat ini klinik Morula IVF telah menerapkan teknologi PGT-A (Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy).

Menurut Arief, pada dasarnya PGT-A adalah tindakan pemeriksaan kromosom pada embrio sebelum penanaman kembali embrio ke dalam rahim yang terbukti meningkatkan keberhasilan program IVF hingga 70 persen.

"Dengan teknologi ini bisa dilihat kromosomnya bagus atau tidak. Nanti dipilih satu, sisanya dibekukan. Kalau yang pertama gagal, embrio yang disimpan itu bisa dipakai," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com