Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/10/2019, 21:34 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Aroma vagina pada setiap wanita tentu berbeda-beda. Vagina yang agak berbau sebenarnya merupakan hal yang normal terjadi.

Namun apabila aroma vagina berbau menusuk atau amis, mungkin saja hal ini termasuk pertanda gangguan kesehatan tertentu. Apa yang menyebabkan vagina bau tidak sedap dan bagaimana cara mengatasinya?

Menjaga kebersihan dan kesehatan area kewanitaan atau vagina sangatlah penting. Tak hanya memengaruhi kenyamanan, kondisi vagina tak sehat juga bisa menjadi gejala dari penyakit yang tak diinginkan.

Untuk mengetahui apakah bau pada vagina  termasuk berbahaya atau tidak, ada baiknya kamu mengenali beberapa penyebab vagina bau berikut ini:

1. Jarang membersihkan vagina

Jarang membersihkan vagina dapat menyebabkan menumpuknya koloni kuman pada area organ intim. Sebagai akibatnya, vagina bau pun bisa terjadi.

Karena itu, setelah berkeringat (misalnya akibat olahraga), selama menstruasi, ketika mengalami keputihan yang lebih banyak dari biasanya, atau setelah berhubungan seks, kaum hawa disarankan untuk menjaga kebersihan organ intimnya.

Caranya bisa dengan menggunakan celana dalam berbahan katun yang menyerap keringat, sering mengganti celana dalam, sering mengganti pembalut, serta buang air kecil setelah berhubungan seks.

2. Jarang mengganti pembalut

Darah menstruasi yang menumpuk dan bercampur dengan bakteri dapat menyebabkan iritasi, gatal, dan keluarnya cairan berbau tak sedap dari vagina.

Para pakar kesehatan menyarankan agar mengganti wanita pembalut setiap empat hingga delapan jam, bahkan lebih sering jika perdarahan haid sedang banyak.

3. Pemilihan celana dalam yang tidak tepat

Penggunaan celana dalam yang super ketat dapat menyebabkan frekuensi gesekan menjadi lebih sering. Akibatnya, berbagai macam masalah bisa muncul, termasuk iritasi kulit.

Celana dalam ketat juga akan membuat keringat terperangkap di vagina yang lembap. Kondisi ini akan menjadi tempat bagi jamur untuk berkembang biak dan memicu infeksi, yang bisa berujung pada munculnya vagina bau.

4. Keringat yang berlebihan

Kulit di sekitar vagina cenderung lebih berkeringat. Pasalnya, bagian luar organ intim memiliki kelenjar khusus bernama kelenjar keringat apokrin.

Kelenjar tersebut mengeluarkan keringat yang mengandung protein yang akan diurai oleh bakteri. Proses inilah yang bisa memicu munculnya aroma khusus pada vagina.

Apabila produksi keringat di area vagina berlebihan, rasa gatal bisa saja muncul. Ketika digaruk, infeksi pun dapat terjadi dan memicu munculnya kondisi vagina bau tidak sedap.

5. Perubahan hormon

Halaman:
Baca tentang
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com