Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Depresi dan Bunuh Diri di Indonesia Diprediksi Meningkat, Mengapa?

Kompas.com - 22/10/2019, 19:45 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Depresi akan menjadi masalah kesehatan jiwa yang besar di Indonesia. Terlebih pada 2020, Indonesia akan mendapatkan "bonus" demografis. Artinya, diprediksi akan ada lebih banyak orang yang mengalami depresi, bahkan memiliki pemikiran bunuh diri.

Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) bahkan memprediksi, depresi akan menjadi penyakit dengan angka kasus tertinggi kedua, setelah penyakit jantung.

Mengapa penting untuk membicarakan depresi dan bunuh diri di Indonesia? Kepala koordinator komunitas Into the Light Indonesia, Benny Prawira Siauw mengingatkan, apabila depresi sampai berujung pada tindakan bunuh diri, maka Indonesia akan kehilangan banyak orang, termasuk potensi sumber daya manusia unggul.

"Penting bagi kita membicarakan ini, untuk Indonesia," ujar Benny dalam acara "Semicolon: It's Not The End Of My Journey" beberapa waktu lalu di Unika Atma Jaya, Jakarta.

Benny yang juga mendalami ilmu mengenai perilaku dan pencegahan bunuh diri atau suicidology ini mengungkapkan, tindakan bunuh diri berawal dari pemikiran hendak mengakhiri hidup, dengan cara mematikan, secara sengaja.

Ia menyebutkan, sebanyak 800 ribu jiwa meninggal dunia akibat bunuh diri, per tahun. Artinya, tindakan bunuh diri telah merenggut 1 korban jiwa setiap 40 detik.

"Angka ini bahkan lebih tinggi, dibandingkan jumlah korban perang yang digabungkan dengan pembunuhan," kata Benny.

Bagaimana dengan angka kasus bunuh diri di Indonesia?

Benny mengungkapkan, hingga tahun 2012, diketahui ada 9.106 orang di Indonesia yang meninggal dunia akibat bunuh diri.

Sebelumnya, pada periode 1990-2016, jumlahnya sebanyak 8.580 jiwa. Jumlah kematian akibat bunuh diri di Indonesia, diprediksi merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara.

Baca juga: Sulli dan Depresi yang Mendorongnya untuk Bunuh Diri

Meski demikian, Benny meyakini jumlah yang sesungguhnya malah lebih tinggi. Sebab, Indonesia sampai saat ini belum memiliki sistem pencatatan kematian akibat bunuh diri (suicide death registry system).

Pemicu tindakan bunuh diri

Lantas, apa saja kondisi yang menjadi pemicu terhadap timbulnya pemikiran atau bahkan tindakan bunuh diri? Benny mengungkapkan, setidaknya ada 3 kondisi yang menjadi pemicu.

Perasaan kesepian

Remaja berusia 13-15 tahun, bahkan sudah bisa merasakan kesepian. Namun, masyarakat masih sering menganggap remeh kondisi tersebut.

Benny menjelaskan, remaja tetap berisiko mengalami kesepian, saat memiliki geng sekalipun. Sebab, apabila kebutuhan sosialnya belum terpenuhi, remaja bisa tetap kesepian.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com