Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penderita Diabetes Bisa Meninggal Mendadak, Mengapa?

Kompas.com - 14/11/2019, 13:35 WIB
Nabilla Tashandra,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyakit diabetes bisa meningkatkan risiko meninggal mendadak ketika terjadi komplikasi.

Komplikasi bisa terjadi ketika penyandang diabetes tidak mengontrol penyakitnya, sehingga kondisi tersebut memengaruhi kerja organ tubuh lainnya.

Konsultan Metabolik Endokrin Dr. dr. Fatimah Eliana, SpPD, KEMD, FINASIM menyebutkan, ada dua jenis komplikasi diabetes, yakni komplikasi akut dan komplikasi kronis.

Komplikasi akut artinya terjadi secara mendadak, sementara dampak komplikasi kronis baru dirasakan bertahun-tahun kemudian akibat hiperglikemi yang berkelanjutan.

Komplikasi akut dibagi lagi menjadi dua, yaitu hipoglikemi dan hiperglikemi.

Baca juga: Waspada Bahaya Diabetes di Balik Jajanan Kekinian

Hipoglikemi terjadi ketika gula darah rendah hingga mencapai di bawah 60 mg/dL, sementara hiperglikemi terjadi ketika gula darah tingginya di atas 300 mg/dL.

"Gula darah stabil jika gula darah sebelum makan tidak lebih dari 120, maksimal 130. Setelah makan jangan lebih dari 180," katanya dalam diskusi bertajuk "Gerakan Lawan Diabetes Bersama Dia" di Lotte Shopping Avenue, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (13/11/2019).

Eliana menambahkan, glukosa merupakan satu-satunya sumber energi yang bisa dipergunakan oleh otak.

Jika bahan bakar tersebut tidak ada atau turun hingga di bawah 60 mg/dL, maka otak tidak akan bisa bekerja optimal.

Orang tersebut pertama-tama akan mengalami hipoksia (kekurangan pasokan oksigen di sel dan jaringan) terlebih dahulu. Sehingga dia akan merasakan beberapa gejala seperti pusing dan sempoyongan.

Ketika oksigen di otak semakin berkurang, sirkulasi di seluruh otak juga akan berkurang. Kondisi itu menyebabkan pembuluh darah mengecil sehingga orang tersebut akan mengalami stroke iskemik.

Baca juga: Cegah Diabetes Melitus, Penyakit akibat Gaya Hidup

Stroke iskemik sendiri terjadi ketika pembuluh darah yang memasok darah ke area otak terhalang oleh bekuan darah.

Jika ditangani dengan pemberian glukosa, seperti teh manis hangat atau permen cokelat, kondisi bisa lebih membaik.

Namun jika tidak, otak akan kekurangan oksigen dalam waktu lama.

"Ini bisa menyebabkan kerusakan otak yang irreversible atau tidak bisa kembali normal," kata Eliana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com