Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Pencernaan Sehat, Perhatikan Kadar Gula dalam Yogurt

Kompas.com - 03/12/2019, 10:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Yogurt merupakan minuman fermentasi yang baik bagi saluran cerna. Sayangnya, di pasaran banyak produk yogurt dengan kandungan gula tinggi yang sebenarnya mengancam bakteri baik di usus.

Menjaga kesehatan pencernaan sangat penting karena kesehatan saluran cerna berpengaruh pada kesehatan tubuh secara menyeluruh, mulai dari otak, sistem imun, kondisi kulit, hingga mood.

Sebagian besar masalah pencernaan disebabkan karena ketidakseimbangan bakteri di usus.
Yogurt, yang difermentasi menggunakan bakteri baik atau sering disebut probiotik sangat dibutuhkan untuk membantu menyeimbangkan microbiota usus.

Meski demikian, sebaiknya pilih produk yogurt yang memiliki kadar gula rendah. Banyak orang tidak peduli dengan kadar gula dalam produk yogurt karena meyakini minuman ini pasti menyehatkan.

Menurut penjelasan dr.Marya Haryono, Sp.GK, gula membuat jumlah bakteri jahat bertambah dan akibatnya bakteri baik terus berkurang. Di lain pihak, pencernaan yang tidak sehat juga meningkatkan keinginan untuk terus menerus mengonsumsi gula.

Baca juga: Sedang Hits Brown Sugar, Benarkah Lebih Sehat dari Gula Putih?

"Untuk saluran cerna sendiri ternyata gula sumber energi makanannya bakteri. Ini bisa, tapi ini bukan yang kita harapkan untuk jadi makanan sehat si bakteri. Justru, kelebihan gula dapat memengaruhi keseimbangan jumlah bakteri baik dan jahat dalam sistem pencernaan," kata Marya.

Penelitian yang dilakukan tim dari Oregon State University, AS, tahun 2013 menunjukkan bahwa bakteri jahat di usus akan berkembang biak dengan pesat bila terus menerus diberi asupan gula.

Selain itu, gula juga memiliki sifat inflamasi, termasuk di saluran cerna. Inflamasi terjadi ketika jaringan tubuh terinfeksi bakteri, luka, panas, atau racun.

Inflamasi dalam waktu lama dapat memicu kanker dan penyakit berbahaya lainnya.

Baca juga: Bahaya Gula Berlebih di Balik Demam Boba

Marketing Director PT.Heavenly Nutrition Indonesia, Ivvone Aryanti (kiri) dan dr.Marya Hartono Sp.GK (kanan) dalam acara talkshow tentang bahaya gula bagi pencernaan di Jakarta (27/11/2019).Kompas.com/Lusia Kus Anna Marketing Director PT.Heavenly Nutrition Indonesia, Ivvone Aryanti (kiri) dan dr.Marya Hartono Sp.GK (kanan) dalam acara talkshow tentang bahaya gula bagi pencernaan di Jakarta (27/11/2019).

Baca label

Para ahli gizi sudah memberikan panduan asupan gula yang aman, yaitu kurang dari 10 persen asupan total kalori. Jika dalam sehari kita mengonsumsi 2000 kalori, maka jumlah gula yang direkomendasikan tak lebih dari 2 sendok makan.

“Itu bukan cuma gula pasir, tapi sudah termasuk dengan gula yang kita dapat dari makanan,” ujar Marya.

Ia juga menyarankan agar kita terbiasa melihat label kemasan dalam produk makanan atau minuman. Biasanya akan dicantumkan berapa kadar gula atau kalorinya, sehingga kita bisa membatasi jika asupan gula pada hari itu sudah berlebihan.

Baca juga: Turunkan Risiko Kanker Usus dengan Konsumsi Yogurt

Menurut Marketing Director PT.Heavenly Nutrition Indonesia, Ivvone Aryanti, kandungan gula yang tinggi dalam produk yogurt biasanya untuk menutupi rasa asam hasil fermentasi.

Heavenly Blush memperkenalkan produk terbarunya yang tidak ditambahkan gula, yaitu Tummy Yogurt No Added Sugar.

“Kami menggunakan kultur bakteri asam laktat generasi terbaru untuk pembuatan yogurt, sehingga hasil fermentasinya tidak begitu asam,” ujarnya dalam acara peluncuran di Jakarta beberapa waktu lalu.

Ivvone menambahkan, karena kandungan gulanya sangat rendah, produk yogurt ini juga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes.

Produk terbaru Heavenly Blush Tummy Yogurt tanpa tambahan gula.Kompas.com/Lusia Kus Anna Produk terbaru Heavenly Blush Tummy Yogurt tanpa tambahan gula.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com