Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/12/2019, 07:27 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber menshealth

KOMPAS.com - Diet puasa atau yang populer dengan istilah intermittent fasting diklaim sebagian pihak sebagai salah satu diet paling efektif untuk menurunkan berat badan.

Beberapa studi ilmiah juga mendukung temuan tersebut. Salah satunya adalah studi yang dipublikasikan pada Cell Metabolism. Studi tersebut fokus pada diet puasa dengan jendela makan 10:14.

Artinya, pelakunya memiliki waktu makan 10 jam dan 14 jam berpuasa. Contohnya, jika makan pertamamu adalah pukul 07.00, maka makan terakhirmu adalah pukul 17.00.

Studi tersebut merekrut 19 orang dewasa dengan berat badan berlebih yang memiliki gula darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi. Pendekatan pola makan baru diberikan kepada mereka untuk dijalankan selama tiga bulan.

"Biasanya, orang-orang akan menjalankannya mulai pukul 08.00 hingga 18.00," kata Dr. Pam Taub, penulis studi dan kardiolog dari University of California, San Diego School of Medicine.

Baca juga: Mengenal Intermittent Fasting, Pola Diet untuk Turunkan Berat Badan

Para sukarelawan dijaga agar tetap terhidrasi dengan baik sepanjang periode puasa. Para peneliti tidak hanya mencatat waktu makan mereka, tetapi juga kebiasaan tidurnya.

Hasilnya sangatlah positif.

Taub menambahkan, mereka melihat adanya pengurangan berat badan sebesar 3 persen dan penurunan lemak visceral (lemak pada perut) sebesar 4 persen.

"Kami tidak meminta mereka mengubah apa yang mereka makan," katanya.

Meski tidak ada perubahan jenis makanan, mempersempit jendela makan pada kelompok tersebut ternyata mampu menurunkan konsumsi hingga 10 persen kalori.

Baca juga: Mengenal Puasa Intermiten dan Manfaatnya untuk Kesehatan

Hasil positif juga tidak hanya terlihat pada timbangan berat badan. Menurut Taub, level kolesterol dan tekanan darah mereka juga membaik.

Penulis lainnya dari studi tersebut yang juga profesor di Salk Institute for Biological Studies, Satchidananda Panda mengaku terkejut bahwa perubahan kecil pada jendela waktu makan ternyata memberi manfaat yang sangat besar.

"Ketika memasuki fase puasa, tubuh akan mulai menguras cadangan glukosa dalam tubuh dan mulai menggunakan lemak sebagai sumber energi kita."

"Ini membuat kita, katakanlah, memasuki ketosis tingkat rendah," katanya.

Baca juga: Diklaim Efektif Menurunkan Berat Badan, Ini 4 Metode Puasa Intermiten

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber menshealth
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com