Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/01/2020, 18:00 WIB
Gading Perkasa,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber DMarge

KOMPAS.com - Pemerintah China memang sering mengeluarkan berbagai peraturan tegas yang mengatur hidup warganya. Misalnya saja soal pembatasan waktu bermain game online bagi anak-anak.

Kini, pemerintah negara tirai bambu ini menyiapkan hukuman bagi orang-orang yang dianggap kurang modis.

Ketika warga di negara maju memprotes pemerintah karena alamat email mereka dibagikan di antara perusahaan teknologi (serta iklan yang relevan), penduduk di China menjadi subjek pengawasan digital yang lebih kejam.

Seperti dilaporkan News.com.au, "Pemerintah China secara terbuka telah mempermalukan orang karena berpakaian lusuh, dan mendesak masyarakat untuk mencemooh orang lain demi uang."

"Pejabat pemerintah dari kota Suzhou, sebelah barat Shanghai, merilis gambar seseorang, mengidentifikasi mereka 'bepergian dengan piyama' dan menyebut perilaku mereka tak pantas," demikian laporan News.com.au.

"Orang-orang dipotret di mal, dan gambar yang menyertakan kartu identitas mereka, termasuk foto kepala, dibagikan kepada WeChat, platform media sosial yang populer di China."

Menurut media China, The Paper, aturan ini terjadi setelah pada Agustus 2019, Biro Administrasi Kota Suzhou mengunggah pengumuman di WeChat, meminta warga untuk menggunggah foto-foto yang menunjukkan perilaku tidak beradab, dengan imbalan uang tunai sebesar 10 Yuan atau setara Rp. 19,7 ribu.

Baca juga: Ada Wabah Pneumonia, Industri Pariwisata China Kena Imbas

BBC juga mengonfirmasi hal ini, menjelaskan bahwa masyarakat dilarang mengenakan piyama di depan umum, serta "perilaku buruk" lainnya seperti berbaring di bangku dengan cara "tidak beradab", dan membagikan selebaran iklan.

Public shaming yang dilakukan pemerintah China membuat banyak orang marah. Beberapa mengatakan tidak ada yang salah dengan mengenakan piyama di depan umum, sedangkan sebagian lainnya meratapi invasi privasi publik yang dilakukan pemerintah.

Begitu cerita itu menyebar, pejabat dari Suzhou meminta maaf dan mengatakan bahwa mereka akan mengaburkan bagian wajah pada sebuah foto di kemudian hari.

Meraka juga merilis pernyataan, "Kami ingin mengakhiri perilaku tidak beradab, namun tentu saja kita harus melindungi privasi warga."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber DMarge
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com