Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/02/2020, 09:18 WIB
Lusia Kus Anna

Editor


KOMPAS.com – Karena kondisi, banyak anak yang dipaksa bersikap dewasa sebelum waktunya. Mereka harus melakukan tugas dan tanggung jawab orang dewasa. Misalnya mengasuh adik atau menjadi penengah ketika ayah dan ibunya bertengkar.

Apa dampaknya bagi perkembangan mental anak yang harus memiliki sikap dan kebijaksanaan melampaui usianya itu?

Setiap orang seharusnya tumbuh sesuai dengan masanya. Anak yang dipaksa untuk dewasa itu dalam ilmu psikologi disebut akan mengalami gejala “parentifikasi”.

Parentifikasi adalah proses pembalikan peran, yakni ketika seorang anak berkewajiban untuk bertindak sebagai orangtua bagi orangtua atau saudara mereka sendiri. Biasanya karena orangtuanya punya persoalan atau konflik yang rumit dan berlarut-larut.

Menurut Whitney Goodman, LMFT, seorang psikoterapis berlisensi di Miami, Florida, bertanggung jawab atau menjadi pengasuh memang tidak terlalu buruk, tetapi berpotensi menjadi bencana bagi anak itu sendiri atau orangtuanya.

“Sejak dini anak seharusnya punya keseimbangan antara tanggung jawab yang terstruktur, serta bermain dan bersenang-senang,” katanya.

Selain menghambat perkembangan anak, pembalikan peran ini juga dapat meninggalkan bekas luka emosional yang dalam hingga dewasa.

Baca juga: Dampak Buruk Membandingkan Anak dengan Orang Lain

Menurut Whitney ada beberapa tanda yang menunjukkan seseorang pernah tumbuh dewasa sebelum waktunya:

1. Tumbuh dan merasa harus bertanggung jawab akan semua hal
2. Kesulitan bermain atau “melepaskan sesuatu”
3. Suka memegang kendali
4. Terjadi pertengkaran atau masalah dengan pengasuh
5. Merasa seperti diberi tanggung jawab yang tidak sesuai dengan usia Anda
6. Sering dipuji karena “sangat baik” dan “bertanggung jawab”
7. Mungkin merasa mandiri lebih baik daripada mencoba percaya pada orang lain
8. Tidak terlalu ingat pernah “jadi anak-anak”
9. Orangtua kesulitan merawat diri sendiri atau orang lain dan melempar tanggung jawab pada Anda
10. Sering menemukan diri Anda menjadi pengasuh untuk orang lain
11. Mengasuh dan merawat terasa menyenangkan, bahkan ketika Anda mengorbankan sebagian dari diri sendiri
12. Meningkatnya rasa empati dan kemampuan untuk berhubungan lebih dekat dengan orang lain
13. Merasa perlu menjadi pembawa damai
14. Merasa usaha Anda tidak dihargai

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

Jika menemukan salah satu tanda-tanda dari daftar ini pada diri Anda, mungkin akan membantu jika Anda mencoba mengeluarkan “jiwa kanak-kanak” (inner child) dan membiarkan diri mengalami bagian diri tersebut.

Bagian “bermain” ini adalah bagian untuk bersenang-senang dan bebas dari rasa bersalah atau kecemasan.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk terhubung kembali dengan jiwa kanak-kanak kita:

Menyadarinya.
Terimalah bahwa Anda memiliki “sisi anak-anak” dan cobalah mengenalinya. Anda perlu menanggapi suara hati ini dengan serius dan memahami bahwa suka atau tidak, memang ada di sana.

Baca juga: Anak Tidak Punya Teman, Inilah yang Harus Orangtua Lakukan

Kenali apa yang dibutuhkan
Banyak anak-anak tumbuh dengan belajar bahwa kebutuhan mereka tidak penting atau mereka perlu menekan kebutuhan itu untuk bertahan. Mendengarkan diri sendiri dan mengakui kebutuhan ini mungkin konsep yang asing. Apa yang tidak kita dapatkan dari orangtua atau pengasuh kita saat masih kecil biasanya adalah yang paling kita butuhkan.

Ambil tanggung jawab

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com