BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Polytron

Tangkis Penyakit, Saatnya Jaga Kesehatan dari Dalam Tubuh

Kompas.com - 03/04/2020, 09:02 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak orang tak menyukai sayur karena rasanya dianggap kurang nikmat.

Alasan lain, karena beberapa sayuran seperti sawi hijau, brokoli, kol, kembang kol, pakcoy, dan lobak memiliki rasa pahit.

Peneliti University of Kentucky, Jennifer L. Smith, mengungkap adanya hubungan antara gen dalam tubuh manusia yang menyebabkan rasa pahit saat mereka memakan sayuran tertentu.

Itulah kenapa beberapa orang yang tak suka sayur kerap berpendapat demikian.

Baca juga: Buah Delima, “Superfood” dengan Segudang Manfaat bagi Kesehatan

Hal itu dialami juga oleh Dewi Lumban Gaol (35), di mana sang suami, Roni, memiliki masalah dalam hal mengonsumsi sayur-sayuran.

Ibu dari dua anak kembar itu mencari trik agar suaminya mau mengonsumsi makanan bergizi itu.

“Memang, sejak kecil Roni tidak suka makan sayur karena menurutnya warna sayuran itu enggak menarik, rasanya tawar cenderung pahit,” kata Dewi kepada Kompas.com, Selasa (31/3/2020).

Sebagai istri, Dewi tertantang bagaimana membuat sang suami mau makan sayuran. Dia pun memadukan apel, bayam, dan wortel saat membuat jus.

Baca juga: Ternyata Virus Bisa Menempel pada Pakaian, Bagaimana Cara Membersihkannya?

Setelah suaminya menghabiskan jus tersebut tanpa menunjukkan respons negatif, barulah Dewi mengatakan bahwa jus itu merupakan campuran buah dan sayur.

“Tanggapan suami positif, dia malah enggak nyangka kalau jus itu ada sayurnya karena ada rasa manis dan sedikit asam dari apel,” ungkapnya.

Mendapat respons itu, Dewi akhirnya rutin membuat jus sayur dan buah dalam jumlah banyak sebagai hidangan saat ada kerabat yang berkunjung ke rumahnya.

“Biar keluarga sehat lah. Apalagi sekarang lagi heboh soal virus-virus itu. Antisipasinya enggak cuma pakai masker ya, tapi yang lebih penting asupan makanannya,” terang Dewi.

Baca juga: Para Orangtua, Yuk Mulai Dampingi Anak Anda Nonton Televisi

Menjaga kesehatan dari dalam

Menjaga kesehatan tubuh sebetulnya tidaklah sulit, asalkan punya kemauan kuat untuk melakukannya secara konsisten.

Upaya menjaga kesehatan diri tak cuma dari luar seperti berjemur di bawah matahari pagi, cuci tangan dengan sabun, dan mengenakan masker, tetapi juga dari dalam dengan mengonsumsi sayur dan buah.

Mengutip Harvard Health Publishing (2014), orang yang mengonsumsi lebih banyak sayur dan buah bisa hidup lebih lama, serta memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit jantung, diabetes tipe-2, obesitas, dan penyakit lainnya.

Seperti diketahui, sayuran mengandung vitamin, mineral, maupun serat yang menyehatkan.

Baca juga: Ngeri! Satu Dispenser Bisa Menghasilkan Banyak Kuman dan Penyakit

Dari sekian banyak jenis sayur, ada beberapa yang sangat menonjol dan dianggap paling menyehatkan.

Melansir Medical News Today, Kamis (11/10/2018), setidaknya ada tiga sayuran yang harus dikonsumsi demi kebaikan tubuh, yaitu bayam, brokoli, dan wortel.

Sayur bayam kaya akan zat besi sekaligus sumber kalsium, vitamin, dan antioksidan. Sayuran ini dapat menurunkan tekanan darah dan bermanfaat bagi kesehatan jantung.

Oleh karena itu, bayam adalah tambahan yang bagus untuk semua makanan bebas daging atau susu.

Baca juga: Strategi Menghemat Listrik Meski Pakai AC Seharian

Satu cangkir bayam mentah sebagian besar terdiri air dan hanya mengandung 7 kalori.

Selain itu, bayam juga menyediakan vitamin K untuk kebutuhan harian penuh orang dewasa, vitamin A dengan jumlah yang tinggi, vitamin C, magnesium, folat, besi, kalsium, dan antioksidan.

Beda lagi dengan brokoli—jenis sayur yang berasal dari keluarga sama seperti sawi, kale dan kembang kol—yang merupakan jenis sayuran silangan.

Setiap cangkir brokoli cincang dan rebus mengandung 55 kalori, kebutuhan harian penuh untuk vitamin K, jumlah vitamin C yang disarankan selama dua hari.

Baca juga: Awas, Jangan Asal Taruh Makanan dalam Kulkas!

Mengonsumsi banyak sayuran silangan dapat mengurangi risiko kanker karena mengandung sulforaphane.

Bidisha Paul dalam International Journal of Molecular Sciences (2018) menyebutkan, sulforaphane mampu mengurangi ukuran dan jumlah sel kanker payudara serta menghambat pertumbuhan tumor.

Sedangkan wortel juga punya manfaat baik lain. Satu cangkir wortel cincang mengandung 52 kalori dan empat kali asupan vitamin A yang direkomendasikan orang dewasa setiap haridalam bentuk beta-karoten.

Vitamin A sangat penting untuk penglihatan yang sehat dan mendapatkan nutrisi yang dapat membantu mencegah hilangnya penglihatan.

Baca juga: Kinerja Merosot, Employee Gathering Dongkrak Etos Kerja Karyawan

Nutrisi tertentu dalam wortel juga memiliki sifat melawan kanker. Sebuah studi dalam Journal of Medicinal Food (2011) melaporkan bahwa ekstrak jus wortel dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan sel leukimia.

Buah dan sayur dalam bentuk jus

Mengutip Kompas.com, Minggu (7/1/2018), manfaat terbaik dari jus hanya bisa diperoleh dari jus segar buatan sendiri.

Jus kemasan, biasanya sudah melalui proses pasteurisasi biar tahan lebih lama.

Hal ini membuat enzim dan kandungan zat “hidup” di dalamnya yang tak tahan panas menjadi hilang.

Baca juga: Ingin Rasakan Sensasi Menonton Bioskop di Rumah? Gampang Kok!

Akibat proses tersebut, vitamin dan mineral di dalam jus kemasan juga sudah jauh berkurang.

Hal itu terbukti lewat penelitian J Konowalchuk dalam jurnal berjudul “Antiviral Effect of Apple Beverages” (Desember 1978 Vol. 36) yang membandingkan efek antivirus yang terkandung dalam jus apel segar dengan jus olahan pabrikan.

Hasilnya, aktivitas antivirus hanya ditemukan pada jus apel segar. Lagi-lagi pasteurisasi pada jus olahan pabrikan menyebabkan enzim yang berguna untuk aktivitas antivirus menjadi mati.

Sejak awal, kunci agar jus masih punya khasiat menyehatkan dengan vitamin dan nutrisi yang terjaga memang ada pada proses pengolahan.

Baca juga: Begini Cara Buat Dapur Elegan Tanpa Perlu Biaya Mahal

Manfaat jus yang dibuat sendiri di rumah pun bisa jadi tak optimal khasiatnya bila diolah dengan cara yang salah.

Alat pembuat jus juga jadi satu hal yang perlu diperhatikan. Kalau memakai blender, misalnya, carilah yang bisa menjaga nutrisi agar tahan lebih lama.

Jenis blender pun bisa jadi bermacam-macam. Tapi, melihat fungsinya, blender berteknologi vacuum bisa jadi pilihan.

Faktanya, teknologi vacuum dalam blender mampu mengeluarkan udara, oksigen, dan gas-gas lainnya yang ada di dalam jug blender sebelum proses blending dimulai.

Baca juga: 3 Tips Mudah untuk Ubah Dapur Jadi Lebih Elegan

Dengan demikian, proses oksidasi akan berkurang secara otomatis sehingga menjaga kandungan nutrisinya hingga 2,5 kali lebih baik dibandingkan blender konvensional.

Teknologi vacuum tersebut dapat mempertahankkan tekstur yang lembut, tidak berbuih, dan tidak terjadi separasi sehingga warna sayur dan buah tetap cerah. Inilah juga salah satu tanda vitamin dan nutrisi dalam jus masih terjaga.

Di Indonesia, sejumlah produsen blender sudah mengeluarkan blender dengan teknologi tersebut, salah satunya Polytron Vacuum Blender PVB 112G.

Ilustrasi Polytron Vacuum Blender PVB 112G.Polytron Ilustrasi Polytron Vacuum Blender PVB 112G.

Untuk memudahkan pengguna, vacuum blender dilengkapi dengan one-touch button yang mampu melakukan proses vacuum hingga blending secara otomatis.

Baca juga: Biar Enggak Salah Beli Kulkas, Baca Ini Dulu!

Nah, jus jadi lebih nikmat saat disajikan dalam kondisi dingin. Anda bisa menambahkan es batu saat memproses jus dengan Polytron Vacuum Blender PVB 112G.

Meski begitu, Anda tak perlu khawatir saat memasukkan es batu yang bertekstur keras.

Dengan teknologi high speed motor dan stainless six blades, proses penghancuran jadi lebih efisien dan halus.

Agar manfaatnya lebih maksimal, jus segar harus segera diminum setelah selesai dibuat. Membiarkannya dalam waktu lama apalagi dalam kondisi terbuka membuat kandungan gizinya berkurang atau hilang.

Baca juga: Ternyata Ini Cara Bikin Rumah Nyaman

Kini, dengan teknologi tersebut semakin mudah untuk membuat jus yang lebih sehat, sehingga tak ada alasan lagi untuk tak menjaga kesehatan dari dalam.

 


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com