Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Squatting" dan "Kneeling" Bermanfaat bagi Kesehatan, Apa Itu?

Kompas.com - 04/04/2020, 15:00 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kebiasaan jarang bergerak mendatangkan hal yang buruk bagi tubuh.

Penelitian mengaitkan kebiasaan tersebut dengan masalah metabolisme, penyakit kardiovaskular, obesitas, dan banyak lagi.

Namun, penelitian terbaru menunjukkan, bukan hanya kurang gerak yang menjadi masalah, tapi juga cara menahan diri selama tidak menjalani aktivitas.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Proceeding of National Academy of Sciences menjelaskan tentang hal ini.

Baca juga: Demi Bokong Indah, Berapa Banyak Harus Lakukan Squat?

Tim peneliti memantau pergerakan dan kesehatan dari perkumpulan pemburu di Hadza, utara Tanzania.

Peneliti juga memantau tingkat penyakit jantung dan gangguan metabolisme pada masing-masing anggota.

Pada penelitian ini, anggota Hadza memakai perangkat yang mengukur aktivitas fisik dan periode istirahat.

Meskipun mereka memiliki aktivitas fisik tingkat tinggi --lebih dari tiga kali dari yang disarankan pedoman kesehatan federal Amerika Serikat-- mereka juga menghabiskan 9-10 jam sehari untuk beristirahat.

Terlepas dari semua waktu yang dihabiskan tanpa bergerak, mereka tidak memiliki hasil kesehatan negatif yang dikaitkan dengan perilaku kurang gerak.

"Studi ini menunjukkan, bisa saja bukan waktu yang dihabiskan untuk tidak aktif yang paling penting bagi kesehatan manusia, tetapi cara beristirahat yang memiliki dampak."

Baca juga: Dua Orang Wanita Dirawat di RS Setelah Melakukan 1.000 Kali Squat

Demikian kata pemimpin penulis studi, David Raichlen, Ph.D., profesor biologi manusia dan evolusi di University of Southern California, kepada Runner's World.

"Orang-orang Hadza sering beristirahat dalam posisi tubuh yang membutuhkan otot mereka untuk mempertahankan tingkat aktivitas ringan, baik dalam posisi berjongkok atau berlutut."

"Posisi istirahat aktif ini, seperti jongkok dan berlutut, menyebabkan tingkat aktivitas otot yang lebih tinggi," kata Raichlen.

"Pada akhirnya, itu membutuhkan energi."

Energi tersebut berasal dari penguraian lemak dalam sel yang mengurangi jumlah trigliserida -sejenis lemak yang bersirkulasi dalam aliran darah, menyediakan bahan bakar bagi otot-otot untuk bekerja.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com