Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/04/2020, 23:45 WIB
Bestari Kumala Dewi

Editor

KOMPAS.com - Setiap orang tentu pernah mengalami sembelit, termasuk anak-anak. Sebanyak 1 dari 10 anak mengalami sembelit atau konstipasi.

Sembelit kronis dapat menyerang anak-anak dari segala usia, tetapi sebenarnya paling umum terjadi pada anak-anak yang baru dilatih buang air besar di toilet.

Bagi sebagian orang, sembelit bisa menjadi masalah kronis - sebuah situasi yang sering membuat kita frustrasi sama halnya bagi anak.

Baca juga: 10 Kebiasaan Sehat yang Harus Diajarkan Orangtua pada Anak

Menurut ahli gastroenterologi anak Mohammad Nasser Kabbany, MD, meskipun butuh kesabaran, sembelit kronis dapat diobati.

Gejala sembelit pada anak-anak

Setiap orang berbeda, sehingga sulit untuk mengetahui apakah anak mengalami sembelit. Beberapa anak bisa buang air besar (BAB) beberapa kali sehari; yang lain, BAB setiap beberapa hari sekali.

Namun, secara umum, jika anak BAB hanya beberapa kali seminggu, ini bisa menunjukkan suatu masalah.

Feses yang keras dan besar atau sangat kecil juga menjadi pertanda masalah.

Berikut beberapa gejala umum sembelit yang bisa dikenali:

- Sakit saat buang kotoran.

- Mengejan dan / atau menghabiskan waktu lama di toilet.

- Feses terlalu besar

- Menunda ke kamar mandi, tapi tampak meringis dan kakinya menyilang seeprti sedang menahan sesuatu

- Nafsu makan buruk

- Sakit perut atau kembung

Baca juga: Sembelit di Masa Karantina, Apa Solusinya?

Penyebab sembelit

Terkadang, sembelit berhubungan dengan masalah medis yang mendasarinya. Dr. Kabbany merekomendasikan untuk berbicara dengan dokter anak, jika muncul gejala lain pada anak, seperti feses berdarah, perut buncit (bengkak), muntah, penurunan berat badan atau sakit perut yang parah.

Namun, menurut Kabbany, anak-anak seringkali mengalami yang disebut sembelit fungsional – yang disebabkan oleh kombinasi faktor gaya hidup dan perilaku.

“Sembelit sering merupakan lingkaran setan,” kata Kabbany.

Seorang anak mungkin menunda, karena enggan menggunakan kamar mandi yang disebabkan sejumlah alasan, seperti dia sibuk bermain, tidak ingin buang air besar di sekolah, mendengar mitos tentang ular di toilet – sehingga membuatnya takut.

Tetapi, semakin lama menunda tentu akan membuat feses semakin keras dan sulit dikeluarkan. Semakin keras akan semakin tidak nyaman, dan anak akan semakin menahannya. Di saat inilah anak mengalami sembelit kronis.

Baca juga: Jangan Pernah Sepelekan Sembelit...

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com