Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/06/2020, 13:43 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Ada beragam cara yang dilakukan PT Eigerindo MPI mempertahankan perusahaan dan pekerjanya.

Salah satunya dengan mengalihkan sebagian kapasitas produksi untuk pembuatan alat pelindung diri (APD).

APD yang diproduksi berupa baju coverall, pelindung muka, dan masker kain non-medis. Saat ini, jumlah yang diproduksi baru mencapai 100.000 buah per bulan.

Baca juga: Seorang Perawat Viral karena Hanya Memakai Pakaian Dalam di Balik APD

“Kalau full capacity nyampe 500.000 per bulan. Mohon doanya semoga lancar,” ujar CEO PT Eigerindo MPI, Ronny Lukito saat dihubungi Kompas.com, akhir pekan lalu.

Dia lalu menyebutkan, APD yang diproduksinya mengikuti standar internsional. Termasuk dalam pembuatan hazmat. Ia mengaku menggunakan material terbaik.

Dari segi ukuran, hazmatnya disesuaikan dengan ukuran orang Indonesia, 150-180 cm, dengan toleransi 2,5 cm. Jadi ketika tinggi badan pengguna 153 cm, ia masih bisa menggunakan 150 atau 155.

Untuk memasarkan produk tersebut, Ronny menggunakan jaringan Eiger. Ia memasarkannya secara langsung, demi menyelamatkan para karyawannya.

Baca juga: 150 UMKM Indonesia Bikin APD Berstandar Kesehatan

Saat ini, hazmat buatannya dipesan beberapa institusi seperti Pemprov Jawa Timur dan Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB).

Tak hanya dalam negeri, Kuwait sudah memesan 200.000 hazmat. Begitupun dengan sejumlah negara Eropa, kata dia, sudah menyampaikan ketertarikannya pada hazmat produksi Eiger.

“Dulu kan Belgia beli masker non medis dari kami, mereka puas dengan kualitasnya. Terus nanya punya hazmat ga, saya bilang ada,” tutur dia.

"Saat dikirimkan contohnya, mereka bilang hazmatnya bagus sudah sesuai dengan standar internasional. Mereka pun tertarik."

Baca juga: Tempur Lawan Corona, Eiger Bikin Ribuan APD Gratis untuk Tenaga Medis

Namun saat ini, Ronny mengaku masih fokus memenuhi pasar dalam negeri dulu. Setelah kebutuhan dalam negeri terpenuhi, baru dia bisa memikirkan ekspor.

Not for sale

Ronny menceritakan, awal mula perusahaannya membuat hazmat. Saat itu, virus corona baru teridentifikasi masuk ke Indonesia disusul dengan kebijakan Pemerintah untuk sekolah, ibadah, dan bekerja di rumah.

Saat kebijakan itu diambil, Eiger mengikuti anjuran Pemerintah untuk menerapkan work from home (WFH). Tak berapa lama banyak pemberitaan, tenaga medis kekurangan APD.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com