Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/07/2020, 16:27 WIB
Gading Perkasa,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berbagai industri di seluruh dunia terkena dampak sangat signifikan dari pandemi Covid-19, tidak terkecuali industri fesyen.

Perusahaan-perusahaan di bidang ritel terus mengalami kerugian. Raksasa mode asal Swedia, H&M Group, terpaksa mengambil langkah menutup 170 toko mereka di seluruh dunia.

Lalu, yang terbaru, Zara dikabarkan harus menutup 1.200 toko mereka secara permanen dan fokus pada belanja online.

Baca juga: Produk Fesyen yang Paling Banyak Dicari Selama Pandemi

Menurut desainer senior Musa Widyatmodjo, pandemi bukan hanya mengubah industri fesyen, melainkan juga kebutuhan masyarakat untuk berbusana.

"Sama seperti industri lain, industri fesyen saat ini lagi pecah fokus. Baju juga berubah fungsinya, sebagai sandang, bukan melambangkan status."

Begitu kata Musa dalam program "Fashion Ideology dan Gaya Berbusana Politisi" yang ditayangkan langsung di akun Instagram @rakyatmerdeka1999 pada Sabtu (4/7/2020) sore.

"Alasannya jelas, kita sudah tidak punya wadah atau event yang menampilkan busana sebagai status seseorang. Itu yang terjadi saat ini," ucap dia.

Dalam industri fesyen, kata Musa, orang-orang selalu mencari sesuatu yang baru dan berbeda, sesuai dengan karakter dan naluri manusia.

"Hampir empat bulan kita vakum karena pandemi. Sehingga, busana yang ada di pasaran tiga sampai empat bulan lalu tentu sekarang sudah ketinggalan zaman," kata Musa.

Baca juga: Pandemi Mendorong Label Fesyen Mewah Bergerak Lebih Lambat

Ia melanjutkan, tugas berat bagi pengusaha fesyen dan UMKM saat ini adalah berpikir bagaimana cara menciptakan sesuatu yang baru dari produk sebelumnya.

"Saya ambil contoh, biasanya saya produksi busana pesta, dan saat ini belum ada event atau party. Kita sekarang butuh busana rumah karena ada namanya work from home, zoom call, dan lain-lain."

"Jadi memang kebutuhannya adalah gaya berbusana rumah yang kasual, nyaman, motif dan warnanya kalem dan sederhana, itu tantangan baru kita," tuturnya.

Ideologi fesyen juga akan mengalami perubahan, menurut dia.

"Kemarin, jika kita bicara branding, selalu dihubungkan dengan pencitraan, story, dan experience."

"Ke depannya, branding is about reason. Pencitraan akan mempunyai alasan yang bisa dipertanggungjawabkan," ujar Musa.

Baca juga: Masyarakat Tetap Belanja Pakaian Selama Pandemi, Apa yang Paling Laku?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com